Panduan Cara Menanam Jahe yang Benar, Agar Hasil Melimpah

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang populer sebagai rempah dan biasanya digunakan sebagai obat.

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan atau Zingiberaceae. Rasanya dominan pedas yang disebabkan adanya senyawa keton, zingeron.

Tanaman Jahe memiliki batang semu dengan ketinggian sekitar 30 – 100 cm. Akrany berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning. Daunnya menyirip sepanjang 15 – 23 mm dan lebar 8 – 15 mm.

Tanaman Jahe juga memiliki bunga berwarna hijau kekuningan.

Sejarah memperkirakan bahwa Jahe awal mulanya berasal dari wilayah India. Namun tak sedikit pula yang percaya bahwa Jahe berasal dari daratan Tiongkok selatan.

Lalu Jahe mulai menyebar luas melalui perdagangan, hingga sampai di Eropa sewaktu kolonialisme.

Indonesia memang sangat akrab dengan Jahe, terbukti dengan adanya nama lokal Jahe di setiap daerah, dari Aceh hingga Papua.

Jahe memang hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis saja, penanamannya bahkan hanya bisa dilakukan di sepanjang garis khatulistiwa.

Saat ini negara pemasok Jahe terbesar di dunia adalah Brazil dan Ekuador.

Indonesia sebagai wilayah yang juga dilalui garis khatulistiwa, tentunya bisa menjadi tempat budidaya Jahe yang potensial. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun global.

Tanaman Jahe memang mudah ditanam dan cocok dibudidayakan di Indonesia.

Meskipun begitu, Jahe tetaplah butuh prosedur penanaman yang baik.

1. Syarat Tumbuh Jahe

Syarat Tumbuh Jahe

Sebelum mulai menanam Jahe ada baiknya Anda ketahui terlebih dahulu syarat pertumbuhan tanaman Jahe.

Hal tersebut nantinya berguna untuk menentukan lokasi tanam Jahe yang tepat.

Syarat pertumbuhan tanaman Jahe terdiri dari beberapa hal diantaranya:

a. Ketinggian lahan

Tanaman Jahe akan tumbuh optimal pada ketinggian lahan antara 0 – 1700 mdpl, di Indonesia sendiri Jahe biasanya Jahe ditanam pada ketinggian lahan 200 – 600 mdpl.

b. Iklim

Jahe bisa ditanam pada daerah yang memiliki iklim tropis maupun subtropis, Jahe juga baik ditanam pada daerah dengan curah hujan rata-rata 2500 – 4000 mm/tahun.

c. Kelembaban

Kelembaban udara yang ideal bagi tanaman Jahe cukup tinggi yaitu sekitar 60 – 90% selain itu juga disarankan memiliki suhu optimum yang berkisar dari mulai 20 – 25 °C.

d. Intensitas cahaya

Ketika tanaman Jahe berusia 2,5 hingga 7 bulan atau lebih akan memerlukan pancaran sinar matahari langsung dengan intensitas cahaya masuk 70 – 100 persen.

e. Kondisi tanah

Tanah yang baik bagi pertumbuhan Jahe adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organik, gembur, subur, dengan tekstur lempung berpasir, liat, dan laterit.

Jenis tanah tersebut yaitu andosol, latosol merah coklat dan pada lahan yang baru dibuka. Selain itu kadar keasaman atau pH tanah yang ideal berkisar dari 6,8 – 7,4.

2. Pembibitan Jahe

Pembibitan Jahe

Untuk menghasilkan produksi Jahe yang berkualitas maka diperlukan bibit yang berkualitas pula.

Bibit yang berkualitas haruslah memenuhi persyaratan mutu genetik, mutu fisiologik yaitu persentase pertumbuhan tinggi serta mutu fisik yaitu terbebas dari hama dan penyakit.

Pembibitan Jahe umumnya dilakukan secara vegetatif yang berarti dilakukan dengan menumbuhkan tunas-tunas pada rimpang Jahe.

Agar pembibitan bisa menghasilkan tanaman Jahe yang berkualitas ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan, yaitu:

  1. Pilihlah bibit Jahe yang memiliki persyaratan kualitasnya yaitu, kondisi dari rumpun induk tanaman Jahe harus memiliki pertumbuhan normal, kekar, dan terbebas dari hama atau penyakit.
  2. Jika bibit dipilih dari tanaman Jahe maka bibit harus berasal dari tanaman yang dipanen pada usia 10 hingga 12 bulan.
  3. Selanjutnya pilihlah rimpang yang memiliki kondisi baik dengan ciri-ciri mulus, tidak ada bagian bibit yang busuk, serta warnanya tidak terlihat pucat maupun mengkilat.

Ada dua teknik pembibitan yang bisa Anda pilih sesuai dengan kapasitas dan preferensi Anda.

Cara yang pertama adalah dengan menggunakan teknik peti kayu dan cara yang kedua adalah dengan teknik bedengan.

Berikut ulasan singkat kedua teknik tersebut,

a. Teknik Peti Kayu

Ada beberapa langkah dalam pembibitan menggunakan teknik peti kayu yaitu:

  1. Siapkan semacam peti atau tempat penyimpanan yang terbuat dari kayu.
  2. Selanjutnya jemur rimpang Jahe yang akan dijadikan bibit terlebih dahulu, namun jangan sampai Anda menjemurnya sampai kering.
  3. Setelah dijemur, simpan rimpang selama kurang lebih 1 – 1,5 bulan.
  4. Selesai proses penyimpanan, maka lakukan pematahan terhadap rimpang Jahe dengan memotongnya menjadi 3 hingga 5 mata tunas.
  5. Kemudian masukkan potongan mata tunas tersebut ke dalam campuran larutan fungisida atau obat kimia serta zat pengatur tumbuh tanaman selama kurang lebih 1 menit, lalu dikeringkan.
  6. Terakhir, masukkan potongan yang sudah kering ke dalam peti atau tempat penyimpanan yang telah dibuat sebelumnya.
  7. Persemaian dilakukan dengan cara meletakkan potongan rimpang pada bagian dasar, lalu pada bagian atasnya diberikan abu gosok atau bisa juga menggunakan sekam padi, lakukan pelapisan tersebut secara bergantian.
  8. Tunggulah hingga mulai muncul tunas pada rimpang Jahe, setelah itu lakukan penyeleksian dan pilihlah bibit yang berkualitas baik.
  9. Seleksi bisa dilakukan dengan cara mematahkan bibit hingga setiap potongan terbentuk 3 hingga 5 mata tunas dengan berat sekitar 40 – 60 gram.
  10. Setelah terseleksi jangan lupa juga untuk memberikan larutan fungisida atau obat kimia selama kurang lebih 8 jam, kemudian bibit dijemur 2 hingga 4 jam sebelum mulai dipindahkan ke lahan tanam.

b. Teknik Bedengan

Apabila Anda memilih pembibitan dengan teknik bedengan berikut cara-caranya:

  1. Pertama siapkan tempat penyemaian sederhana dengan ukuran sekitar 10 x 8 meter untuk kapasitas bibit Jahe sebanyak 1 ton, sehingga ukuran tempat semai bisa juga Anda sesuaikan sesuai dengan kapasitas bibit.
  2. Buatlah semacam bedengan dari tumpukan jerami dengan ketebalan sekitar 10 cm.
  3. Apabila tempat persemaian sudah siap, susunlah rimpang Jahe pada bedengan jerami tersebut lalu ditutup lagi dengan jerami begitu seterusnya hingga terbentuk 4 susunan lapis rimpang dan jerami.
  4. Lakukan perawatan dengan melakukan penyiraman secara rutin setiap hari dan sebaiknya sesekali semprotkan larutan fungisida atau obat kimia agar bibit terbebas dari serangan hama dan penyakit.
  5. Setelah menunggu kurang lebih 2 minggu, rimpang biasanya akan muncul tunas, kemudian lakukan penyeleksian dan pilih bibit yang berkualitas baik.
  6. Seleksi bisa dilakukan dengan cara mematahkan bibit hingga setiap potongan terbentuk 3 hingga 5 mata tunas dengan berat sekitar 40 – 60 gram.
  7. Setelah terseleksi jangan lupa juga untuk memberikan larutan fungisida atau obat kimia selama kurang lebih 8 jam, kemudian bibit dijemur 2 hingga 4 jam sebelum mulai dipindahkan ke lahan tanam.

3. Persiapan dan Pengolahan Lahan Jahe

Pengolahan Lahan Jahe

Selagi menunggu proses pembibitan selesai dilakukan, Anda juga bisa melakukan persiapan dan pengolahan lahan.

Hal tersebut setidaknya harus Anda lakukan kurang lebih 1 bulan sebelum bibit tanaman Jahe siap ditanam.

Cara-caranya adalah sebagai berikut:

  1. Bersihkan lahan dari gulma, rumput liar, sampah, dan tanaman musim sebelumnya.
  2. Bajak lahan tersebut secara merata dengan cangkul atau traktor sedalam 25 – 35 cm.
  3. Diamkan lahan yang telah dibajak selama kurang lebih 1 minggu.
  4. Lakukan kembali proses pembajakan yang kedua kalinya hingga tanah gembur, agar racun yang mengendap di tanah terbuang serta membunuh hama dan penyakit.
  5. Buatlah bedengan dengan ukuran tinggi 20 – 30 cm, lebar 80 – 100 cm, dan panjang menyesuaikan dengan luas lahan tanam.

Apabila tanah memiliki kadar keasaman atau pH tanah rendah maka lakukan proses pengapuran dengan menggunakan kapur pertanian seperti dolomit, sebagai ukuran apabila pH dibawah angka 4 maka pengapuran membutuhkan 10 ton per hektar.

4. Penanaman Tanaman Jahe

Penanaman Jahe

Kemudian setelah bibit dan lahan tanam siap, langkah selanjutnya adalah melakukan penanaman.

Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam menanam Jahe yang baik.

Beberapa hal tersebut harus Anda lakukan dengan seksama, yaitu sebagai berikut:

Buatlah lubang tanam dengan kedalaman 3 hingga 7,5 cm.

Lakukan penanaman dengan meletakkan rimpang jahe yang telah dipilih sebelumnya dengan cara direbahkan dan mata tunas harus menghadap ke atas pada lubang tanam yang telah dibuat.

Tutup lubang yang sudah ditanam dengan tanah setebal kurang lebih 5 cm.

Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan karena bibit Jahe membutuhkan banyak air pada masa awal pertumbuhannya.

5. Pemeliharaan dan Perawatan Jahe

Pemeliharaan dan Perawatan Jahe

Memelihara dan merawat tanaman Jahe terbilang cukup mudah dan tidak begitu sulit.

Namun bukan berarti lantas menjadi disepelekan.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan selama pemeliharaan dan perawatan tanaman Jahe, diantaranya yaitu berikut ini:

a. Pemupukan susulan

Setelah tanaman Jahe berusia sekitar 6 hingga 8 minggu berikan pemupukan susulan dengan pupuk TSP dan KCL dengan dosis masing-masing sebanyak 125 kg per hektar.

Taburkan di sekeliling tanaman namun jangan sampai mengenai batang.

b. Penyulaman

Melakukan penggantian bibit tanaman jahe yang gagal tumbuh atau mati dengan bibit tanaman Jahe baru yaitu penyulaman juga perlu dilakukan.

Sebaiknya, penyulaman dilakukan sesegera mungkin saat diketahui ada bibit yang tidak tumbuh.

c. Penyiangan

Penyiangan juga harus Anda lakukan untuk membersihkan lahan tanam Jahe dari rumput liar dan gulma pengganggu lainnya.

Hal tersebut bertujuan agar tanaman Jahe bisa tumbuh optimal dan tidak berebut nutrisi dengan tanaman pengganggu.

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Salah satu upaya sebagai bentuk pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah dengan melakukan monitoring secara rutin dan berkala.

Apabila ditemukan serangan hama dan penyakit maka lakukan penyemprotan obat kimia.

6. Panen Jahe

Panen Jahe

Panen Jahe bisa dilakukan saat tanaman berusia 4 bulan jika tanaman Jahe dipanen sebagai bahan penyedap makanan.

Namun, apabila Jahe dipanen untuk dijual ke pasaran atau kebutuhan industri, sebaiknya panen dilakukan saat tanaman berusia 10 – 12 bulan.

Jahe sebaiknya juga dipanen dengan mempertimbagkan beberapa hal, sebagai berikut:

  1. Ciri tanaman Jahe yang siap panen adalah daun yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan batangnya telah mengering.
  2. Panen dilakukan dengan membongkar lahan tanam dengan hati-hati dan jangan sampai merusak rimpang jahenya menggunakan garpu pertanian atau cangkul.
  3. Bersihkan tanah dan kotoran lain yang menempel pada rimpang.
  4. Selanjutnya jemur rimpang Jahe di atas papan atau daun pisang selama kurang lebih 1 minggu.
  5. Sebaiknya panen dilakukan saat awal musim kemarau, sebab jika dipanen saat musim penghujan makan rimpang Jahe akan cenderung menurun kualitasnya.

Itulah beberapa langkah dalam menanam Jahe, cukup mudah bukan?

Tanaman yang terkenal menjadi bahan masakan serta obat tradisional tersebut memang masih sangat potensial.

Jangan lupa menanamlah dengan penuh keuletan dan keseriusan agar hasilnya optimal dan bisa mendatangkan keuntungan.

Killua Ibrahim
Killua Ibrahim

“Untuk menjadi seorang yang ahli, kau harus belajar lebih.”