Cara Bercocok Tanam Hidroponik

Hidroponik adalah salah satu teknik bercocok tanam modern yang saat ini terus berkembang dan semakin diminati oleh banyak orang.

Hidroponik sangat cocok diterapkan pada masyarakat urban dengan keterbatasan lahan tanam dan pasokan air yang terbatas.

Berasal dari bahasa Yunani hydro yang berarti air dan ponos yang artinya kerja, Hidroponik juga dikenal pula dengan istilah soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah.

Teknik pertanian Hidroponik memang menekankan pada pemenuhan aspek nutrisi bagi tanaman.

Sejarah Hidroponik dapat ditelusuri sejak tahun 1620-an dimana waktu itu kegiatan bercocok tanam tanpa tanah ditulis dalam sebuah buku karya Francis Bacon, berjudul Sylva Sylvarum.

Hidroponik terus berkembang dan mulai dikenal luas terutama sejak 1940-an.

Secara singkat, prinsip pertanian Hidroponik adalah mengganti kebutuhan nutrisi tanaman yang biasanya tercukupi oleh unsur hara yang ada di dalam tanah dan menggantinya dengan menggunakan media lain, biasanya berupa air atau substrat berisi campuran nutrisi.

Oleh sebab itu, pertanian dengan teknik Hidroponik tersebut mampu menjawab persoalan keterbatasan lahan sebab bisa digantikan dengan media lain.

Teknik pertanian Hidroponik dapat digunakan untuk menanam berbagai tanaman pangan, sayuran, atau tanaman hias.

Bagi Anda yang ingin mencoba untuk menanam dengan teknik pertanian Hidroponik, artikel berikut ini akan mengulas satu per satu tentang macam-macam sistem teknik pertanian Hidroponik beserta dengan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mempraktekannya.

Media Tanam Teknik Pertanian Hidroponik

Media Tanam Teknik Pertanian Hidroponik

Sebelum Anda memulai untuk membuat atau mempraktekan pertanian Hidroponik. Ada baiknya Anda harus mengetahui media tanam yang biasa digunakan dalam pertanian Hidroponik terlebih dahulu. Beberapa macam media tanam tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Sekam, media tanam tersebut berasal dari kulit padi yang telah ditumbuk. Sekam memiliki kemampuan drainase air yang baik dan harganya juga sangat ekonomis. Sekam juga bisa berupa sekam bakar yang lebih padat dan bagus menyerap air.
  2. Rockwool, wool batu atau mineral wool adalah media tanam yang paling banyak digunakan dalam pertanian hidroponik. Media tanam tersebut berasal dari batu yang meleleh dan basah. Rockwool sangat efektif dan efisien sebagai media tanam.
  3. Pelet Tanah Liat, berbentuk bulatan-bulatan seperti pelet makanan ikan. Pelet tanah liat atau hidroton memiliki kandungan pH yang netral sehingga baik untuk digunakan. Pelet tanah liat juga seringkali diproduksi untuk bisa digunakan berkali-kali.
  4. Spons, media tanam tersebut memiliki daya serap yang tinggi membuat spons baik dalam menyimpan air. Selain itu, akar-akar tanaman juga akan lebih mudah mencengkeram dan menerobos melalui spons karena teksturnya yang halus.
  5. Growstones, terbuat dari kaca daur ulang media tanam tersebut ini termasuk memiliki sistem drainase yang baik sehingga cukup banyak diminati. Ukuran growstones rata-rata sekitar 2-5 cm dan menjadi alternatif unggulan selain hidroton.
  6. Sabut Kelapa, adalah termasuk media tanam yang netral karena tidak mengandung mineral. Sabut kelapa memiliki berbagai macam bentuk, salah satu hasil olahannya adalah cocopeat yang memiliki tekstur seperti sekam bakar dan dibuat lebih halus.
  7. Vermiculite, adalah media tanam yang cukup jarang terdengar di Indonesia. Terbentuk dari proses pemanasan batuan ekstra secara alami. Alhasil vermiculite memiliki bobot yang ringan serta mampu menyerap air dan nutrisi yang lebih banyak.
  8. Hidrogel, media tanam yang juga sering dikenal dengan nama jelly air tersebut biasa digunakan dalam hidroponik skala kecil. Karena warnanya yang beragam, hidrogel juga bisa sekaligus berfungsi sebagai ornamen penghias ruangan yang menarik.
  9. Kompos, hasil dari pembusukan organik seperti daun layu, rumput, kulit buah, dan sayur disebut kompos. Selain menjadi media tanam yang baik, kompos juga mengandung nitrogen (N) yang melimpah sehingga bagus dalam penyuburan.
  10. Lumut, media tanam yang juga dikenal dengan nama Moss tersebut terbentuk dari akar tanaman paku-pakuan. Moss atau lumut seringkali digunakan sebagai media penyemaian karena kemampuannya dalam mengikat air sangatlah baik.

Sistem Teknik Pertanian Hidroponik

Setelah Anda mengetahui media tanam yang biasa digunakan dalam pertanian Hidroponik, maka selanjutnya Anda harus mengenal berbagai macam sistem pertanian Hidroponik.

Sistem tersebut ada yang sederhana hingga ada yang sangat kompleks, diantaranya yaitu:

#1. Hidroponik sistem Kultur Air Statis (Static solution culture)

Hidroponik sistem Kultur Air Statis

Sistem hidroponik dengan Kultur Air Statis (Static solution culture) adalah sistem yang paling sederhana karena menggunakan air diam. Sistem hidroponik tersebut di Indonesia lebih dikenal dengan sistem Sumbu (Wick System) dan sistem Apung (Deep Water Culture).

1. Sistem Sumbu (Wick System)

Sistem teknik pertanian Hidroponik yang pertama adalah sistem Sumbu atau Wick System.

Sistem tersebut memanfaatkan sumbu sebagai penyalur nutrisi melalui pipa-pipa kapiler pada kain dari genangan air yang ada di bawahnya.

Berikut cara membuat Hidroponik dengan menggunakan sistem sumbu atau Wick system:

  1. Siapkan terlebih dahulu botol air mineral bekas yang berukuran sekitar 600 ml atau gelas plastik bekas, alat.
  2. pemotong, paku, dan sumbu bekas bisa juga mengganti sumbu dengan kain flanel.
  3. Pertama belah botol air mineral bekas tersebut menjadi dua secara horizontal.
  4. Potongan bagian atas botol akan berfungsi sebagai tempat tanam, sementara bagian potongan bawah botol akan digunakan sebagai tempat air dan nutrisi hidroponik.
  5. Selanjutnya lubangi tutup botol dengan menggunakan paku.
  6. Setelah itu pasang sumbu atau flanel pada setiap tutup botol yang telah dilubangi.
  7. Isilah tanah atau media tanam pada bagian atas potongan botol tersebut secukupnya dan jangan terlalu banyak.
  8. Kemudian isilah pula bagian bawah potongan botol dengan air dan nutrisi hidroponik.
  9. Terakhir, gabungkan kedua potongan botol tersebut dengan posisi tutup botol yang telah diberi sumbu menghadap ke bawah atau ke dalam bagian bawah potongan botol yang berisi air dan nutrisi hidroponik.
  10. Anda juga bisa mengganti bagian atas potongan botol dengan gelas plastik bekas atau lainnya dan bagian bawah potongan botol dengan media penampung air lainnya seperti baskom atau lainnya.
Keunggulan dan Kelemahan Hidroponik

Keunggulan dari sistem sumbu atau Wick system adalah:

  1. Tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar dan relatif terjangkau.
  2. Mudah dipraktekan bagi pemula dan terkesan sederhana.
  3. Tidak memerlukan penggunaan daya listrik.
  4. Tanaman bisa dengan mudah dipindah ke tempat yang diinginkan.

Kelemahan dari sistem sumbu atau Wick system adalah:

  1. Sumbu atau kain flanel yang dibuat sebagai sumbu hanya bisa menyalurkan nutrisi secara terbatas.
  2. Terjadi penurunan volume air atau larutan, sehingga hanya cocok bagi tanaman yang memerlukan sedikit air.
  3. Kadar oksigen sedikit karena tidak ada sirkulasi air.
  4. Susah untuk mengontrol kadar pH air sehingga tidak bisa digunakan untuk menanam terlalu banyak tanaman.

2. Sistem Apung (Deep Water Culture)

Sesuai dengan namanya, sistem apung atau Deep Water Culture ini memanfaatkan teknik mengapung biasanya dengan bantuan styrofoam.

Hal tersebut berfungsi menahan tanaman untuk tetap ada di atas genangan air.

Berikut cara membuat Hidroponik dengan menggunakan sistem apung atau Deep Water Culture:

  1. Siapkan terlebih dahulu wadah penampung air atau bak plastik, media tanam rockwool atau spons, gelas air mineral atau netpot, styrofoam, aluminum foil, paku, dan alat pemotong.
  2. Pertama potong styrofoam sesuai dengan ukuran wadah penampung air yang telah disiapkan.
  3. Lapisi permukaan styrofoam tersebut dengan alumunium foil.
  4. Lubangi permukaan styrofoam sesuai dengan ukuran diameter gelas air mineral yang sudah disiapkan dan berilah jarak antar lubang sekitar 3 – 5 cm.
  5. Jangan lupa berilah lubang juga pada bagian bawah gelas air kecuali jika menggunakan netpot maka tidak perlu dilakukan.
  6. Isilah gelas air mineral atau netpot dengan rockwool atau spon sekitar ⅔ dari ukuran gelas dan jangan lupa berilah celah di bagian tengahnya untuk menaruh bibit tanaman.
  7. Setelah itu tempatkan gelas air mineral atau netpot yang berisi rockwool atau spons tersebut pada lubang styrofoam yang sudah dibuat.
  8. Masukan air dan nutrisi hidroponik pada wadah penampungan air.
  9. Tempatkan styrofoam beserta gelas air mineral di atas wadah penampungan air dan berilah jarak sekitar 5 cm dari dasar wadah penampung air dengan bagian bawah gelas air mineral atau netpot.
  10. Letakkan bibit tanaman pada celah rockwool atau spons.
Keunggulan dan Kelemahan Hidroponik sistem apung atau Deep Water Culture

Keunggulan dari sistem apung atau Deep Water Culture adalah:

  1. Tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar dan relatif terjangkau.
  2. Mudah dipraktekan bagi pemula dan terkesan sederhana.
  3. Tidak memerlukan penggunaan daya listrik.
  4. Hemat air dan juga nutrisi hidroponik.

Kelemahan dari sistem apung atau Deep Water Culture adalah:

  1. Akar tanaman lebih rentan mengalami pembusukan karena selalu tergenang air.
  2. Susah untuk mengontrol kadar pH air sehingga tidak bisa digunakan untuk menanam terlalu banyak tanaman.
  3. Kadar oksigen sedikit karena tidak ada sirkulasi air.
  4. Lebih cocok dibuat untuk diletakkan di dalam ruangan.

#2. Hidroponik sistem Pasang Surut (EBB and Flow / Flood and drain sub-irrigation)

Hidroponik sistem Pasang Surut

Sistem hidroponik ketiga yang bisa Anda buat adalah sistem pasang surut (EBB and Flow) atau dikenal pula dengan sistem Flood and drain sub-irrigation.

Teknik menerapkan prinsip layaknya pasang surut air laut di hutan bakau, dengan mengaliri air pada periode tertentu.

Berikut cara membuat Hidroponik dengan menggunakan sistem pasang surut (EBB and Flow) atau Flood and drain sub-irrigation:

  1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu pompa air, pipa penyalur nutrisi, polybag, microtube, nipper atau pemotong, wadah penampung air, dan timer.
  2. Buatlah dan susun instalasi hidroponik menjadi 2 bagian, pertama adalah wadah penampung air dan nutrisi kemudian pasang pompa air beserta instalasi daya listrik pada bagian tersebut.
  3. Sebaiknya pasang timer pada saklar pompa air tersebut.
    Bagian selanjutnya adalah tempat untuk menanam tanaman hidroponik yaitu berupa polybag yang dibuat menggantung dan di atas wadah penampung air pada bagian pertama sebelumnya. Selanjutnya isilah polybag dengan media tanam hidroponik.
  4. Tempatkan pipa saluran nutrisi dari pompa air ke bagian bawah tempat tanaman hidroponik tersebut. Pipa ini nantinya berfungsi untuk mengaliri air dan nutrisi melalui menuju media tanam.
  5. Jangan lupa buatlah saluran pembuangan dari tempat tanaman hidroponik.

Keunggulan dan Kelemahan Hidroponik sistem pasang surut (EBB and Flow) atau Flood and drain sub-irrigation

Keunggulan dari sistem pasang surut (EBB and Flow) atau Flood and drain sub-irrigation adalah:

  1. Anda tidak perlu melakukan penyiraman secara manual.
  2. Tanaman relatif mendapatkan persediaan oksigen yang lebih banyak.

Kelemahan dari sistem pasang surut (EBB and Flow) atau Flood and drain sub-irrigation adalah:

  1. Membutuhkan daya listrik, sehingga jika ada gangguan pemadaman akan mengganggu sirkulasi pasang surut air pada instalasi.
  2. Membutuhkan biaya listrik ekstra dan biaya pembuatan instalasi juga relatif lebih mahal.
  3. Karena nutrisi terus berputar bersama dengan sirkulasi pasang surut maka bisa berpotensi menurunkan kualitasnya setelah berulang kali pemompaan.

#3. Hidroponik Sistem Aeroponik

Hidroponik sistem Aeroponik

Meskipun bernama Aeroponik yang berarti udara, sejatinya teknik tersebut adalah varian dari sistem Hidroponik.

Pada sistem Aeroponik, nutrisi disemprotkan menuju akar tanaman dalam bentuk kabut sehingga seolah-olah tanaman tumbuh pada udara dan tanpa aliran air.

Berikut cara membuat Hidroponik dengan menggunakan sistem Aeroponik:

  1. Siapkan peralatan dan bahan seperti wadah penampung utamakan berbentuk persegi, sprinkler, styrofoam, rockwool, pipa air, dan pompa air.
  2. Pertama buatlah jaringan sprinkler dengan cara menyambungkan pipa dari wadah penampung yang nantinya diisi nutrisi hidroponik menuju pompa air dan terakhir menuju sprinkler yang telah disiapkan untuk membuat kabut.
  3. Pada bagian di antara sprinkler dan pompa berikanlah saringan air serta kran agar nutrisi tidak menyumbat sprinkler saat proses pengkabutan.
  4. Tempatkan sprinkler di dalam wadah penampung menghadap ke akar tanaman.
  5. Selanjutnya buatlah tempat menaruh media tanam dengan cara memotong styrofoam yang telah disiapkan sesuai dengan wadah penampung tanaman.
  6. Buatlah lubang dengan diameter sekitar 2 cm dan berilah jarak antar lubang kurang lebih yaitu 15 – 20 cm atau sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
  7. Letakkanlah tanaman pada lubang dengan diganjal menggunakan rockwool agar tidak lepas atau terjatuh.
  8. Tempatkan styrofoam beserta tanaman tersebut di atas wadah penampung.
  9. Operasikan kabut baik dilakukan dengan cara terus menerus atau bisa juga dibuat sistem nyala mati yaitu dengan cara membuat timer pada saklar listrik, usahakan jangan sampai saklar mati lebih dari 15 menit karena akan mengganggu nutrisi.

Keunggulan dan Kelemahan Hidroponik sistem pasang Aeroponik

Keunggulan dari sistem Aeroponik adalah:

  1. Hasil panen memiliki kualitas yang bagus, lebih segar, bergizi, dan enak.
  2. Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas.
  3. Larutan nutrisi yang disemprotkan oleh sprinkler akan bercampur dengan oksigen yang dapat memaksimalkan proses fotosintesis tanaman.
  4. Resiko penyebaran tanaman jauh lebih kecil.

Kelemahan dari sistem Aeroponik adalah:

  1. Instalasi sulit dibuat apalagi jika ketersediaan alat yang tidak memadai terutama sprinkler.
  2. Sangat bergantung pada listrik, karena sprinkler harus dioperasikan dengan listrik dan sangat fatal jika listrik mati dalam waktu yang lama.
  3. Membutuhkan keterampilan dan pengetahuan.
  4. Biaya pembuatan instalasi dan operasional cukup tinggi.

#4. Hidroponik sistem Fertigasi dan Irigasi (Drip Water Culture)

Hidroponik sistem Fertigasi dan Irigasi

Sistem Hidroponik Fertigasi atau Drip Water Culture tersebut merupakan sistem yang banyak dipakai oleh petani Hidroponik di dunia.

Sesuai dengan namanya, sistem ini memanfaatkan tetesan dari saluran air sebagai media penyalur nutrisi ke dalam tanaman.

Berikut cara membuat Hidroponik dengan menggunakan sistem Fertigasi atau Drip Water Culture:

  1. Siapkan terlebih dahulu peralatan seperti pompa air, selang atau pipa air, timer, media penampungan air, media tanam dan juga daya listrik.
  2. Pertama siapkan wadah yang berisi media tanam dan gantunglah sedemikian rupa sehingga nantinya bagian bawah wadah media tanam tersebut tidak menyentuh kolam irigasi.
  3. Kolam irigasi dapat Anda buat dengan sedemikian rupa sehingga bisa cukup menampung seluruh media tanam yang berisi tanaman serta mampu menyalurkan sisa-sisa tetesan air keluar.
  4. Jangan lupa buatlah kolam pompa air pada tempat yang terpisah, kolam tersebut nantinya akan berfungsi menyalurkan air dan nutrisi hidroponik dari kolam pompa menuju tanaman.
  5. Hubungkan pompa air mini pada kolam pompa air tersebut dengan selang atau pipa air. Selang atau pipa tersebut diletakkan di atas tanaman dan selanjutnya pada masing-masing wadah media tanam diberikan saluran atau lubang rembesan yang bertujuan sebagai sirkulasi air atau irigasi.
  6. Sambungkan pompa air mini dengan daya listrik yang telah disiapkan.
  7. Sebaiknya Anda menambahkan timer pada bagian daya listrik. Tujuannya adalah untuk mengatur tingkat penyiraman tetesan air pada tanaman agar tidak sampai menggenang yang justru bisa mengakibatkan akar tanaman membusuk.

Keunggulan dan kelemahan Hidroponik Drip Water Culture

Keunggulan dari sistem Fertigasi atau Drip Water Culture adalah:

  1. Tanaman bisa cepat tumbuh, terutama bagian akarnya.
  2. Tanaman relatif lebih terbebas dari hama dan penyakit sehingga hasil panen bisa lebih optimal.
  3. Nutrisi bisa diberikan sesuai dengan usia tanaman.
  4. Instalasi yang dibuat bisa diperjual belikan dan bisa menjadi potensi bisnis.

Kelemahan dari sistem Fertigasi atau Drip Water Culture adalah:

  1. Membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membuat instalasi Hidroponik sistem Fertigasi atau Drip Water Culture tersebut.
  2. Membutuhkan daya listrik yang cukup besar.
  3. Anda harus memiliki wawasan lebih tentang tanaman, nutrisi yang diperlukan, serta cara perawatannya agar bisa bekerja optimal.
  4. Harus dilakukan pengontrolan secara berkelanjutan.
  5. Proses pertumbuhan tanaman bisa terganggu jika ada kerusakan dan kendala dalam sistem instalasi yang dibuat.

#5. Hidroponik Sistem Continuous Flow-Solution Culture

Hidroponik Sistem Continuous Flow-Solution Culture

Sistem hidroponik Continuous flow-solution culture tersebut sejatinya memiliki prinsip yang sama dengan sistem Kultur Air Statis atau Static solution culture karena sama-sama membiarkan akar menjuntai ke air, bedanya terletak pada penggunaan air yang mengalir.

1. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)

Sistem hidroponik Continuous flow-solution culture yang paling terkenal adalah sistem NFT (Nutrient Film Technique). Sistem dibuat dengan teknologi spesifik untuk menanam banyak tanaman yang membutuhkan air berlimpah.

Berikut cara membuat Hidroponik dengan menggunakan sistem NFT (Nutrient Film Technique):

  1. Siapkan peralatan seperti pompa air, timer, wadah penampung air, pipa air, polybag, dan wadah penggantung polybag.
  2. Buatlah instalasi hidroponik dengan prinsip yaitu polybag beserta media tanam digantung pada wadah atau penampung yang dimiringkan dengan ukuran sesuai dengan selera.
  3. Tempatkan pompa air dan buatlah instalasi kelistrikan sebaiknya gunakan pula timer untuk membuat sirkulasi air dari wadah penampung air ke wadah polybag lalu menuju pipa pembuangan.
Keunggulan dan kelemahan Hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique)

Keunggulan dari sistem NFT (Nutrient Film Technique) adalah:

  1. Cocok diterapkan pada tanaman yang membutuhkan air berlimpah.
  2. Tanaman relatif lebih cepat tumbuh dengan masa tanam yang singkat.
  3. Lebih mudah mengontrol air karena lebih stabil.
  4. Anda juga bisa lebih gampang mengendalikan nutrisi karena dibuat satu penampungan dengan air.
  5. Setiap tanaman pada polybag bisa mendapatkan nutrisi yang sama, sehingga kualitas hasilnya bisa merata.

Kelemahan dari sistem NFT (Nutrient Film Technique) adalah:

  1. Membutuhkan biaya yang cukup besar karena membutuhkan banyak sekali komponen dalam berbagai ukuran.
  2. Merupakan sistem yang kompleks, sehingga tidak dianjurkan bagi Anda yang masih pemula sebab tanpa ilmu yang memadai bisa menyebabkan kegagalan.
  3. Rentan terkena penyakit, sebab penularan penyakit bisa terjadi dengan cukup cepat.
  4. Sangat bergantung dengan daya listrik.

#6. Hidroponik Sistem Tingkat Lanjut

Hidroponik Sistem Tingkat Lanjut

Ada beragam Hidroponik sistem tingkat lanjut yang memerlukan pengetahuan, teknologi, keterampilan ekstra, serta tentu saja biaya yang tidak sedikit sehingga tidak dianjurkan bagi Anda yang masih pemula.

Sistem hidroponik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Sistem Deep Flow Technique (DFT),
  2. Sistem Fogponik,
  3. Sistem Bioponik,
  4. Sistem Run to Waste
  5. Sistem Rotary,
  6. Sistem Top-fed Deep Water Culture, dan lain sebagainya.

Itulah beberapa langkah dan panduan dalam teknik menanam Hidroponik. Dengan mengikuti cara tersebut Anda bisa membuat Hidroponik dengan baik.

Tentunya harus serta merta dibarengi ketekunan dan ketelitian agar tanaman Hidroponik bisa tumbuh optimal.

Killua Ibrahim
Killua Ibrahim

“Untuk menjadi seorang yang ahli, kau harus belajar lebih.”