Panduan Cara Menanam Bawang Putih untuk Pemula dengan Benar

Bawang Putih (Allium sativum) adalah salah satu umbi bahan dapur yang telah dimanfaatkan lama oleh manusia.

Bahkan sejarah Bawang Putih telah digunakan manusia selama lebih dari 7.000 tahun dan terutama tumbuh subur di kawasan Asia Tengah.

Umbi tersebut memang telah lama menjadi bahan dapur atau bumbu utama pada olahan makanan di sekitar Mediterania dan Asia, Afrika, bahkan Eropa.

Dalam catatan Mesir Kuno, Bawang Putih bahkan telah digunakan baik sebagai campuran masakan dan pengobatan.

Meskipun Bawang Putih bisa menyebabkan bau mulut (halitosis) dan bau badan sehingga muncul sebutan bau bawang.

Tetapi jangan salah ternyata Bawang Putih juga memiliki segudang manfaat bagi kesehatan, dan terkenal sebagai salah satu antibiotik alami.

Tanaman yang tumbuh semusim tersebut hampir mirip seperti bawang merah hanya saja daunnya lebih tipis dengan tangkai buah yang padat.

Produksi Bawang Putih di Indonesia sendiri tergolong masih minim bahkan terjadi penurunan luas panen hingga sekitar 32,4%.

Sebenarnya Bawang Putih termasuk mudah untuk ditanam, selain itu biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal.

Melihat kondisi tersebut maka budidaya Bawang Putih sebaiknya perlu digiatkan lagi.

Salah satunya adalah mengikuti cara penanaman berikut:

1. Lokasi Tanam Bawang Putih

Lokasi Tanam Bawang Putih

Agar tanaman Bawang Putih yang ditanam dapat tumbuh secara maksimal, maka perhatikanlah beberapa syarat lokasi tanam Bawang Putih tersebut.

Lokasi tanam tersebut akan sangat bergantung kepada faktor alam dan lingkungan, antara lain adalah;

Tanaman Bawang Putih cocok ditanam pada lokasi tanah yang subur, gembur, dan mengandung banyak bahan organik seperti jenis tanah alluvial, regosol, dan latosol.

a. Memiliki sistem drainase yang baik

Lokasi tanam adalah tanah dengan kandungan pH berkisar antara 5,5 hingga 7,5. Idealnya kadar skala pH tanah untuk Bawang Putih berada pada pH netral antara 6,5 hingga 7.

Bawang Putih bisa ditanam pada lokasi beriklim kering dengan suhu 15 hingga 20 Derajat Celcius.

Selain itu memiliki kandungan curah hujan sebesar 110 hingga 200 mm per bulan atau sekitar 800 hingga 2000 per tahun.

Maka dari itu, Bawang Putih akan lebih baik jika ditanam pada dataran tinggi dengan ketinggian lokasi tanam sekitar 700 – 1200 mdpl.

2. Persiapan benih Bawang Putih

Persiapan Benih Bawang Putih

Persiapan benih Bawang Putih dapat Anda lakukan dengan terlebih dahulu membeli di pasaran.

Jangan lupa untuk memperhatikan kualitas dari benih tersebut sebab akan sangat mempengaruhi pertumbuhan Bawang Putih.

Beberapa tips memilih benih yang baik yaitu:

  • Pilihlah benih yang segar dan dengan ukuran siung yang relatif besar.
  • Sebaiknya pilih lah benih yang lembek dan lunak.
  • Setiap siung dari benih tersebut nantinya akan menumbuhkan tunas tanaman Bawang Putih.
  • Jika Anda memiliki stok Bawang Putih, Anda juga bisa melakukan pertunasan secara mandiri bahkan stok Bawang Putih di dapur pun bisa dijadikan benih.

3. Persiapan dan Pengolahan Lahan

Persiapan dan Pengolahan Lahan

Setelah benih Bawang Putih Anda persiapkan, maka lakukanlah persiapan dan pengolahan lahan yang akan menjadi media tanam.

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

  • Bersihkan lahan dari tanaman pengganggu dan sisa-sisa tanaman sebelumnya baik yang berada di atas maupun yang ada di dalam tanah.
  • Lakukan proses pembajakan tanah sedalam kisaran 20 – 30 cm.
  • Pembajakan tersebut sebaiknya Anda lakukan 2 hingga 3 kali dengan intensitas rata-rata seminggu.
  • Selanjutnya buatlah bedengan atau pematang berukuran lebar 60 – 150 cm dan tinggi sekitar 20 – 50 cm, sementara itu panjang bedengan disesuaikan dengan luas lahan tanam.
  • Kemudian di antara bedengan atau pematang tersebut buatlah irigasi dengan ukuran lebar kira-kira 40 – 40 cm, sementara itu tingkat kedalaman parit akan sangat bergantung pada kondisi musim, saat musim hujan tentunya akan lebih dalam.

4. Proses Tanam Bawang Putih

Proses Tanam Bawang Putih

Apabila lahan tanam telah siap, maka Anda bisa melanjutkan dengan proses intinya yaitu menanam Bawang Putih.

Agar penanaman bisa maksimal perhatikan tahapan sebagai berikut:

Varietas bawang putih yang bisa anda pilih untuk ditanam pada lahan yang sudah disiapkan sebelumnya dapat berupa Lumbu Putih, Lumbu Hijau, maupun Lumbu Kuning.

Gunakanlah umbi bibit dengan ukuran yang relatif sama

Tanam umbi bibit tersebut pada kedalaman sekitar 2 – 3 cm

Jarak tanam sendiri akan bergantung pada ukuran siung, jika berbobot sekitar 1,5 jarak tanam yang bisa Anda gunakan adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan jika bobot lebih kecil dari 1,5 gram maka jarak tanamnya adalah sekitar 15 cm x 15 m atau 15 cm x 10 cm.

Agar bisa mendapat umbi bibit dan umbi konsumsi yang baik saat telah dipanen maka sebaiknya gunakan kerapatan tanam yang agak renggang, sebaliknya jika ingin mendapatkan hasil panen yang banyak atau produksi maksimum maka gunakanlah kerapatan tanam tinggi.

6. Anda bisa mengukur kebutuhan bibit tanam yaitu sekitar 1600 kg per hektar dengan berat siung sekitar 3 gram dan sekitar 670 kg per hektar jika bibit siung 1 gram.

5. Pemeliharaan dan Perawatan

Pemeliharaan dan Perawatan

Jangan lupa lakukan proses pemeliharaan dan perawatan tanaman Bawang Putih yang telah Anda tanam.

Hal tersebut tentu saja agar tanaman Bawang Putih bisa menghasilkan panen yang maksimal.

Langkah-langkah pemeliharaan dan perawatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang ayam dengan dosis sekitar 10 – 20 ton per hektar, bisa juga dengan pupuk kandang kambing dengan dosis sekitar 30 ton per hektar.

Anda juga bisa memberikan pupuk kimia dengan anjuran berupa 200 kg Nitrogen, 180 Kg Fosfor, 60 kg Kalium Oksida, dan 142 kg Sulfur.

Pupuk Nitrogen diaplikasikan sebanyak 3 x selama pertumbuhan tanaman Bawang Putih, yaitu pada saat tanam, saat pembentukan tunas atau sekitar 15 hingga 30 hari setelah tanam, dan terakhir saat pembentukan umbi yaitu pada usia tanaman 30 hingga 45 hari.

Pupuk Fosfor dan Kalium Oksida bisa diterapkan sebagai pupuk dasar bersama dengan pupuk kandang saat tanam.

Selain itu, Anda juga dapat menambah pupuk kimia cair untuk mencukupi kebutuhan unsur mikro demi meningkatkan kualitas dan hasil umbi.

b. Pemulsaan

Pada saat musim kemarau, Anda dapat memberikan mulsa plastik pada lahan tanam Bawang Putih.

Selain dengan mulsa plastik Anda juga dapat menggunakan sisa-sisa tanaman yang telah mati. Pemulsaan bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah.

Sehingga pemulsaan akan sangat tidak tepat jika dilakukan saat musim penghujan karena malah akan membuat tanah semakin lembab. Sebaiknya Anda juga tidak menggunakan mulsa plastik karena bisa menghambat perkembangan umbi.

c. Pengairan

Salah satu hal yang juga harus Anda perhatikan adalah pemberian air. Hal tersebut dapat dilakukan dengan metode penggenangan parit.

Frekuensi pengairan juga harus menyesuaikan dengan umur tanaman, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Saat masa awal pertumbuhan, lakukan pengairan 2 hingga 3 hari sekali sesuai dengan kebutuhan.

2. Pada waktu tunas sudah mulai terbentuk hingga menjadi umbi pengairan bisa Anda lakukan sekitar 7 hingga 15 hari sekali dengan cara yang relatif sama.

3. Saat umbi telah terbentuk maksimal atau sekitar 10 hari menjelang panen jangan lakukan pengairan.

(Perlu diingat, saat musim penghujan Anda harus sesering mungkin melakukan perbaikan drainase dengan pembubuhan atau pemberian jerami dan kompos sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah setebal 10 cm.)

d. Penyiangan

Pemeliharaan tanaman Bawang Putih juga dilakukan dengan rutin melakukan penyiangan maupun perbaikan bedengan atau pematang.

Lakukan penyiangan dengan selang waktu sekitar 20 – 30 hari sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Selain itu jangan sekali-kali melakukan penyiangan saat umbi sudah mulai tumbuh. Sebab bisa mengganggu proses pertumbuhan fase generatif yaitu pembentukan dan pembesaran umbi Bawang Putih tersebut.

e. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

Perlu Anda ketahui bahwa ada sekitar 19 organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyerang tanaman Bawang Putih.

Beberapa diantaranya adalah Thrips tabaci yang bisa menimbulkan kerusakan tanaman cukup besar sekitar 80%.

Selain itu ada OPT berbahaya lain seperti Spodoptera exigua, Fusarium sp., Alternaria porri dan Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV).

Pengendalian OPT tersebut dapat Anda lakukan dengan sistem PHT yaitu dengan benih sehat, musuh alami, pengendalian kultur teknis, serta penggunaan perangkap dan sanitasi.

Penggunaan pestisida juga bisa Anda terapkan sesuai dengan ambang batas pengendalian. Terutama dengan memperhatikan pemilihan jenis, dosis, volume penyemprotan, pengaplikasian, interval maupun waktu pemberiannya.

6. Panen dan Pasca-panen

Panen dan Pasca-panen

Setelah berumur 90 – 120 hari setelah tanam atau tergantung juga dari varietas Bawang Putih yang ditanam, Anda sudah bisa melakukan tahap panen.

Bawang Putih yang siap panen akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Terjadi perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kekuning-kuningan.
  • Tingkat kelayuan daun sekitar 35 – 60%.

Lakukan proses panen dengan mencabut tanaman Bawang Putih dengan cara manual atau menggunakan tangan.

Anda juga perlu memperhatikan cuaca, sebab panen sebaiknya dilakukan saat cuaca sedang cerah dan tidak hujan.

Produksi Bawang Putih dapat dikatakan optimal jika mencapai 5,6 hingga 12 ton/hektar.

Setelah itu Anda bisa mengikat hasil panen sebanyak 20 – 30 rumpun per ikat lalu dijemur dibawah sinar matahari selama sekitar 15 hari hingga batang mengering.

Pengeringan tersebut bisa juga Anda lakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Tutup umbi dengan daunnya untuk menghindari sengatan sinar matahari.
  • Gantung pada rak berlapis di kebun atau di rumah untuk mengeringkan.
  • Bisa juga dilakukan pengeringan dengan metode pengasapan di atas tungku dapur.
  • Selain itu sewaktu disimpan di gudang Bawang Putih bisa diperpanjang umurnya hingga 8 bulan dengan proses difumigasi dengan 55% tablet Phostoxin.

Nah itulah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menanam Bawang Putih.

Tanaman umbi yang biasa dijadikan sebagai bumbu dapur serta tanaman obat alami tersebut memang sangat potensial. Anda dapat menerapkan metode tanam tersebut pada skala mikro atau makro.

Killua Ibrahim
Killua Ibrahim

“Untuk menjadi seorang yang ahli, kau harus belajar lebih.”