Peninggalan Kerajaan Aceh

SIPINTAR.NET – adalah salah satu Kerajaan Islam di Indonesia yang terletak di Provinsi Aceh sekitar akhir abad ke-14 Masehi. Di dalam catatan sejarahnya, Kerajaan Aceh melakukan pengembangan pola sistem yang sangat teratur, dari segi pendidikan hingga ke dalam sistem pertaniannya.

Sebelum adanya Kerajaan Aceh ini, dulunya di daerah berjulukan serambi mekah ini sudah berdiri Kerajaan Islam bernama Samudra Pasai. Raja pertama Kerajaan Aceh ini adalah Sultan Mughayat Syah yang dinobatkan menjadi raja pada 1 Jumadil Awal 913 Hijriah atau 8 September 1507 Masehi.

Sama halnya dengan kerajaan-kerajaan lain yang pernah berdiri di Indonesia, Kerajaan Aceh ini juga memiliki berbagai peninggalan yang menjadi bukti keberadaannya. Apa sih peninggalannya?

Nah, pada kesempatan kali ini, saya akan memberikan sedikit informasi untuk sobat tentang peninggalan-peninggalan Kerajaan Aceh. Yuk langsung saja simak ke pembahasan utama kita.

Masjid Agung Baiturrahman Aceh

Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama dan yang paling terkenal adalah Masjid Agung Baiturrahman Aceh yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid Agung Baiturrahman ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 Masehi.

Pada saat agresi militer Belanda ke-2, Masjid ini sempat terjadi pembakaran. Namun sekitar 4 tahun setelah peristiwa pembakaran itu, pihak Belanda melakukan pembangunan kembali terhadap masjid ini.

Hal tersebut disebabkan oleh kemarahan rakyat Aceh yang memuncak atas terjadinya peristiwa tersebut, serta mereka rela mati Syahid. Masjid Agung Baiturrahman ini juga menjadi saksi dari bencana tsunami yang pernah melanda Aceh, dan menjadi pelindung bagi sebagian masyarakat ketika tsunami berlangsung.

Satu hal yang unik dari masjid ini ketika tsunami melanda, bangunan masjid ini masih tetap berdiri kokoh dan sangat berguna bagi masyarakat. Sedangkan kondisi bangunan lain disekitar masjid sudah hancur luluh lantah oleh tanah dan tidak ada satupun yang tersisa.

Masjid Kuno Indrapuri

Peninggalan Kerajaan Aceh selanjutnya adalah masjid kuno indraputri yang dulunya berupa candi sekaligus menjadi benteng pertahanan ketika Aceh dikuasai oleh Hindu. Sekitar tahun 1300 Masehi, agama Islam dikabarkan sudah menyebar di Aceh dan masyarakatnya secara perlahan mulai mengenal dan mendalami agama Islam.

Oleh sebab itu, bangunan yang dulunya candi berbentuk segi empat ini kemudian beralih fungsi menjadi tempat ibadah bagi pemeluk agama Islam (masjid). Peralihan fungsi atau kegunaan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 hingga 1637 Masehi.

Benteng Indra Patra

Benteng indra patra juga menjadi bukti dari adanya Kerajaan Aceh yang merupakan bangunan bergaya Hindu. Bangunan ini dulunya digunakan sebagai benteng pertahanan dan perlawanan dari serangan musuh yang akan memasuki wilayah Aceh.

Bangunan ini didirikan pada masa pemerintahan Kerajaan Lamuri yang bercorak agama Hindu sebelum adanya Kerajaan Islam di daerah Aceh. Sekitar abad ke-17, banyak sekali kegiatan perdagangan antar negara yang banyak melibatkan berbagai pihak eksternal, seperti Tamil, Arab, Syam, dan India.

Benteng ini berada di daerah Ladong. Kecamatan Aceh Besar yang jaraknya kurang lebih 19 Kilometer dari kota Banda Aceh. Luas benteng indra patra ini kurang lebih 70 x 70 Meter yang pada awalnya memiliki 3 bangunan benteng, akan tetapi saat ini hanya tersisa 2 bangunan dan 2 stupa.

Taman Sari Gunongan

Taman sari gunongan adalah salah satu peninggalan dari Aceh yang dibangun oleh keraton pada zaman dulu. Namun, sebab tidak terselamatkan dari serangan penjajah Belanda, taman ini kemudian dibangun kembali ketika pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636 Masehi.

Taman ini dibangun kembali oleh Sultan Iskandar Muda sebagai pembuktian rasa cintanya yang sangat besar terhadap Putri Boyongan dari Pahang. Berawal dari keinginan sang putri tersebut telah terpenuhi untuk membangun taman sari yang sangat indah serta dilengkapi dengan Gunongan.

Pintu Khop

Peninggalan Kerajaan Aceh selanjutnya adalah pintu khop, yakni pintu gerbang berbentuk seperti kubah yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pintu ini dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan Putri Pahang setelah selesai berenang dengan posisinya yang tidak jauh dari taman gunongan.

Disinalah para dayang Kerajaan Aceh akan membersihkan rambut permaisuri. Di dalamnya juga ada sebuah kolam yang berfungsi sebagai tempat untuk permaisuri kerajaan mandi bunga.

Selain itu, pintu khop ini juga menjadi pintu penghubung antara istana dan taman Putri Pahang. Peninggalan yang satu ini terletak di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Meriam Sri Rambai

Ketika masa pemerintahan Sultan Selim II dari Turki Utsmani, sebagian pembuat senjata dan teknisi dari Turki dikirimkan. Kemudian beberapa orang dari Kerajaan Aceh belajar dari mereka dan menyerap ilmunya yang pada akhirnya dapat membuat meriam sendiri yang berbahan dari kuningan.

Meriam ini dulunya juga digunakan untuk melakukan perlawanan kepada para penjajah Belanda dan mempertahankan tanah Aceh dari para penjajah.

Pedang Aman Nyerang

Pada zaman dahulu, ada seseorang warga yang namanya Aman Nyerang mempunyai sebuah pedang yang sempat direbut oleh penjajah Belanda. Aman Nyerang ini lebih memilih untuk tinggal dan mengembara di hutan selama 20 tahun.

Akan tetapi, pada tanggal 3 Oktober 1922, tempat persembunyiannya itu ditemukan dan dia kemudian disergap dan dibunuh. Pedang itupun kemudian dibawa oleh Letnan Jordans, tentara pasukan Belanda dan membawanya ke Belanda.

Namun, ketika menjelang kematiannya, Letnan Jordans berpesan kepada putrinya untuk mengembalikan pedang tersebut ke Aceh dan disimpan secara rapi di Museum. Sekitar tahun 2000-an, Letnan Jordans meninggal dunia dan akhirnya putrinya melakukan permintaan ayahnya untuk mengembalikan pedang ini melalui Pengurus Yayasan Dan Peucut di Belanda kepada Gubenur Aceh pada tanggal 14 Maret 2003.

Makam Sultan Iskandar Muda

Peninggalan Kerajaan Aceh yang tidak kalah terkenal adalah makam dari Sultan Iskandar Muda, yakni Raja Kerajaan Aceh uang paling terkenal dan paling hebat. Makam Sultan Iskandar Muda ini terletak di Kelurahan Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh dengan nuansa Islaminya yang sangat kental.

Terdapat ukiran dan pahatan berupa kaligrafi pada batu nisan beliau yang sangat indah dan menjadi salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Hikayat Prang Sabi

Hikayat prang sabi merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Aceh dalam bentuk karya sastra. Hikayat ini menceritakan tentang jihad yang ditulis oleh sarjana Aceh dan memuat tentang nasihat, undangan dan seruan untuk menegakkan agama Tuhan dari campur tangan orang-orang kafir.

Hal ini juga yang membuat semangat juang rakyat Aceh membesar untuk mengusir para penjajah dari bumi Aceh.

Mata Uang Emas Aceh

Seperti yang kita ketahui bersama ya sobat, bahwa Aceh berada di jalur perdagangan dan pelayaran yang cukup strategis, dimana berbagai komoditas datang dari penjuru Asia. Hal inilah yang membuat Kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri.

Mata uang logam yang dijadikan mata uang sendiri Kerajaan Aceh ini terbuat dari 70% emas murni dan dicetak lengkap dengan nama raja yang memerintah saat itu. Kota Aceh menjadi harta karun yang banyak diburu oleh banyak orang dan menjadi salah satu bentuk peninggalan Kerajaan Aceh yang sangat berjaya pada kala itu.

Kerkhoff Peutjoet

Kerkhoff Peutjoet adalah makam militer pasukan Belanda yang digunakan untuk mengubur mayat-mayat tentara Belanda yang meninggal selama berperang dengan Kerajaan Aceh. Kurang lebih ada 2.200 prajurit, serta Jendral Kohler di makamkan di tempat ini.

Nama-nama mereka yang dikuburkan ditempat ini juga tertera dengan jelas di pintu gerbang Kerkhoff. Kompleks pemakaman ini sudah menjadi objek wisata yang menarik, khususnya bagi wisatawan dari negara Belanda.

Cap Sikureung

Cap sikureung adalah stempel cap kerajaan yang mulai dikenal ketika masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Stempel ini dibuat dari bahan batu dan menjadi stempel kebanggan Kesultanan Aceh pada saat itu.

Stempel ini diberi sebutan Cap Sikureung sebab stempel ini terdapat sembilan lingkaran yang diberi nama sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh. Stempel ini sengaja dibuat berbeda dari generasi ke generasi ketika ada pergantian Sultan, namun masih menggunakan model yang sama.

Sungai Darul Ahiqi (Krueng Daroy)

Peninggalan Kerajaan Aceh yang terakhir adalah sungai darul ahiqi yang dulunya digunakan untuk mengalirkan air ke pintu khof yang dikelilingi oleh kolam. Sungai ini bukanlah terbuat secara alami, akan tetapi sengaja dibuat dengan panjang sekitar 5 Kilometer dari pegunungan Mata Le yang berada di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.


Nah, mungkin hanya itu saja ya sobat informasi yang dapat saya bagikan kepada kalian tentang peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Aceh. Semoga dengan informasi yang sedikit ini bisa membantu dan menambah pengetahuan serta wawasan kalian.

Killua Ibrahim
Killua Ibrahim

“Untuk menjadi seorang yang ahli, kau harus belajar lebih.”