Senjata Tradisional NTT

Senjata Tradisional NTT – Nusa Tenggara Timur mempunyai banyak macam senjata tradisional. Menurut beberapa penelitian dan kajiannya, wilayah ini terdapat delapan jenis senjata tradisional yang memiliki ciri khasnya tersendiri.

Nama-nama dari senjata tersebut adalah Surik, Kenube, Tombak, Kabeala, Panahan, Dopi, Kelewang, dan berbagai perangkap.

Fungsi dari senjata tersebut beragam. Selain untuk alat pertahanan diri, senjata tradisional NTT sering digunakan untuk berburu atau mencari makanan.

Berikut pembahasan tentang macam-macam senjata tradisional NTT beserta gambar dan penjelasan lengkapnya.

Macam – Macam Senjata Tradisional NTT

Berikut penjelasan dari jenis senjata tradisional NTT beserta gambarnya, selamat membaca !

1. Sundu / Surik

Senjata Surik atau Sundu merupakan sebuah pedang kecil tradisional dari negeri Timor. Meski terlihat sederhana, pedang ini menyimpan kekuatan sakti.

Senjata ini juga tidak boleh sembarangan dalam menggunakannya. Apabila sembarangan menggunakannya, maka akan membawa malapetaka. Warga Belu di NTT berdiskusi untuk menentukan siapa yang akan meneruskan sang surik tersebut.

Selain itu, surik juga terkenal dengan keindahannya. Maka dari itu, surik juga biasa dijadikan atribut dalam tarian Surik Laleok yang menggambarkan kepahlawanan adat setempat.

Dilihat dari bentuknya, senjata ini memiliki pisau yang lurus memanjang dengan bagian ujung sempit dan bagian pangkal lebar. Bagian gagangnya sendiri terbuat dari tanduk kambing atau kuda dan dihiasi dengan rumbai-rumbai bulu kambing atau kuda juga.

Pada bagian tengah pedang, diberi ukiran mata yang dipercaya oleh masyarakat setempat dapat menambahkan kekuatan magis. Dan sarung surik diukir seperti ada cincin-cincin dan ia terbuat dari kayu.

2. Tombak Lamaholot

Senjata Tombak Lamaholot merupakan senjata tradisional yang berbentuk Tombak. Suku Lamaholot sendiri biasa digunakan untuk berburu binatang laut seperti ikan hiu & paus. Mata tombak sendiri terbuat dari besi beton atau besi batangan yang berbentuk pipih.

Sedangkan untuk tongkat tombak sendiri terbuat dari kukung ataupun balok lontar, sejenis kayu dari pohon yang batangnya lurus. Tongkat tombak sangatlah panjang dan cara menggunakannya biasanya nelayan lompat dari kapal untuk menancapkan ke tubuh sasaran.

3. Kenube

Senjata Kenube merupakan salah satu senjata tradisional yang masih ada sampai saat ini. Dalam bahasa daerah Lamaholot tepatnya di Kabupaten Flores Timur berarti parang.

Parang memiliki sebutan lain yakni kenika/kabalea yang terdapat di Desa Lamahala, kenube daruna di pedalaman Adonara, dan peda lamahala di Pulau Solor dan Lembeta. Parang yang dibuat untuk perang jarang sekali diproduksi.

Pengrajin besi membuat kenube untuk membantu pekerjaan masyarakat. Biasanya, dia membuatnya dari besi baja ataupun besi bekas kendaraan bermotor. Gagangnya sendiri terbuat dari kayu.

Kenube sendiri digunakan sebagai senjata untuk menyerang lawan, biasanya bilah parang tersebut lebar, bentuknya sama dengan trapesium dan gagang parang berbentuk bulat panjang. Sedangkan kenube  digunakan untuk alat bilahnya lebih kecil & gagangnya tidak terlalu besar.

4. Dopi

Senjata Dopi merupakan senjata tradisional NTT yang gunanya sebagai alat proteksi diri. Dopi adalah sebutan perisai ataupun tameng. Tempat produksi dopi berada di Desa Lamahala, Flores Timur, yang menggunakan kayu kajo kederu.

Sedangkan di tempat produksi lain di daerah Lewokeluok, biasanya mereka menggunakan kayu kajo rita. Kedua kayu tersebut tumbuh di sekitar daerah-daerah itu dan diambil dari pohon berserat liat namun ringan setelah kering.

Bidang perisai bagian luar sendiri  untuk menangkis serangan lawan, dibuat berbentuk punggung kuda atau berbentuk trapesium. Bagian belakang diberi pegangan untuk tangan.

5. Panahan

Senjata Panahan merupakan sebuah senjata tradisional yang memiliki dua jenis panahan yang digunakan oleh masyarakat Flores, yakni wuhu amet & rama. Kedua panahan digunakan untuk berburu, menjaga ladang dari binatang hutan, dan untuk menjaga keamanan kampung saat diserang.

  • Wuhu Amet

Panahan Wuhu Amet merupakan jenis panahan yang berasal dari masyarakat Lamaholot. Wuhu berarti busur dan amet berarti anak panah. Sama seperti mata tombak, mata anak panah sendiri terbuat dari besi beton karena mampu menancap dengan dalam ke badan sasaran namun tetap ringan untuk ditembakkan.

Tangkainya sendiri terbuat dari buluh bambu tamiang dan benang kapas untuk menyatukan seluruh bagian anak panah. Jenis amet yang digunakan antara lain adalah:

  • Hupe : Memiliki bentuk yang pipih, kedua sisinya tajam, berujung runcing.
  • Kehawek : Mata panah yang berbentuk tempuling dengan kaitan tunggal
  • Longkalar : Berbentuk tempuling dengan kaitan ganda.
  • Numur : Memiliki bentuk bulat panjang dengan ujung runcing.
  • Keweto : Memiliki bentuk tempuling memiliki kaitan 3 susun.

Senjata ini juga dibuat dari kukung sama seperti tombak sedangkan tali busur terbuat dari serat akar tunjang pohon beringin.

  • Rama

Panahan Rama merupakan jenis ini berasal dari pedesaan di Belu, Pulau Timor. Rama sendiri  berarti panah menurut bahasa setempat yang digunakan oleh masyarakat setempat terutama kaum laki-laki. Rama sendiri memiliki banyak jenis yang dapat dilihat dari sistem teknologi panahannya.

Terdapat jenis rama yaitu rama biasa, rama moruk/panah beracun, rama bele/panah lebar, rama tafukuk atau panah tumpul, rama sura/panah bermata banyak & rama kilat/panah tembak. Dari banyaknya ragam jenis rama, rama moruk dan rama kilat adalah yang paling populer di kalangan masyarakat.

Rama moruk sendiri sangat efektif untuk melumpuhkan binatang buruan karena racunnya sedangkan rama kilat adalah rama tercanggih. Karena desainnya seperti pistol dan bisa menembakkan anak panah tercepat di antara rama lain sehingga cocok untuk berburu binatang gesit dan berburu di air.

6. Kabeala

Senjata Kabeala merupakan sebuah senjata tradisional yang berasal dari pulau Sumbawa, salah satu pulau di provinsi NTT. ukuran panjang dari senjata ini adalah sekitar 45- 55 cm.

Perangkap piala biasanya dibawa dan digunakan oleh pria dewasa di daerah NTT. Dalam kehidupan sehari-hari bila ingin mengunjungi Pulau Sumbawa maka kamu bisa sering melihat laki-laki yang membawa barang di pinggang.

Hal ini dapat kamu temukan baik di pedesaan maupun di perkotaan, membawa Parang bukan berarti untuk bekerja melainkan sudah menjadi kebiasaan dari masyarakat tersebut.

Pakaian adat NTT juga tidak jauh berbeda dengan pakaian adat yang ada di pulau Jawa. Akan tetapi, di Pulau Jawa Pakaian adat nya biasanya diselipkan keris pada bagian pinggang belakang, sementara di NTT pakaian adatnya akan diselipkan dengan barang pada bagian pinggang samping.

Fungsi dari Parang yang ada di Sumba bisa dilihat dari bentuk gagangnya, diantaranya:

  • Gagang kayu

Jika Kabeala memiliki gagang dari kayu maka dapat dipastikan bahwa barang Kabeala tersebut merupakan barang untuk bekerja.

  • Gagang tanduk atau gading

Apabila Kabeala memiliki gagang yang terbuat dari tanduk hewan atau gading, maka dapat dipastikan bahwa senjata tradisional NTT tersebut dipakai sebagai pelengkap pakaian adat pria Sumba.

Bagi masyarakat Sumba, mereka biasa mengenal senjata ini dengan sebutan Parang pinggang, karena bentuknya seperti yang kita tahu senjata ini diselipkan di samping pinggang.

7. Kelewang

Senjata Kelewang merupakan salah satu senjata tradisional yang berbentuk pedang pendek yang bilahnya makin ke ujung makin lebar. Senjata ini memiliki fungsi sebagai senjata perang untuk membela diri dari serangan musuh.

Kelewang sendiri termasuk senjata yang cukup terkenal di seluruh daerah Nusa Tenggara Timur karena digunakan untuk bertarung melawan penjajahan. Senjata ini terbuat dari besi baja.

Terdapat dua jenis Kelewang, yaitu samara dan naruk. Samara merupakan kelewang yang gagangnya dihiasi dengan buku kuda & sarungnya terbuat dari kayu dengan ragam hiasan seperti motif ikal, spiral, belah ketupat, dan meander atau garis tepi dengan lengkungan siku-siku.

Sedangkan naruk merupakan kelewang biasa tanpa hiasan pada gagang maupun sarungnya.

Kelewang ini dianggap keramat dan biasanya disimpan di rumah-rumah adat yaitu·rumah kepala suku sebagai lambang persatuan marga atau kelompoknya.

8. Perangkap

Ada beberapa senjata perangkap dari Nusa Tenggara Timur yang harus kalian ketahui, diantaranya:

  • Witu

Witu merupakan perangkap jerat yang dipergunakan untuk menangkap babi hutan. Alat ini secara teknologi sangat praktis untuk menjerat. Bahannya pun sangat sederhana, yakni kayu kukung atau bambu dan tali dari pelepah lontar.

Tali juga dapat dilapisi dengan cincin bambu untuk melindunginya dari gigitan babi hutan yang mau melepaskan diri. Setelah sudah, jerat tersebut dipasang pada tempat jalannya babi hutan yang akan memasuki ladang melewati lubang pagar yang biasanya dilewati.

  • Belebet

Belebet merupakan sebuah alat jerat yang dikhususkan untuk menangkap burung seperti burung pipit, tekukur, puyuh & perkutut. Jerat ini sama seperti alat witu yang cuma perlu dipasang dan bekerja secara otomatis.

Belebet sendiri terbuat dari belahan bambu dan dibentuk seperti kurungan ataupun kandang. Di atasnya nanti diikat batu sebagai alat pemberat dan di dalamnya dipasang alat kait ataupun umpan. Jadi, saat si burung datang ke umpan maka perangkap akan menjerat burung ke dalamnya.

  • Notu Munak

Notu Munak merupakan senjata jeratan yang digunakan untuk menjerat monyet atau kera. Karena monyet dianggap hama oleh masyarakat sekitar dan memakan tanaman di ladang. Alat ini terbuat dari belahan bambu yang dianyam yang sama dengan kerucut panjang dan sebuah tali untuk menjerat leher monyet.

Untuk memancing monyet datang, notu munak dimasukkan umpan berupa buah-buahan atau biji-bijia. Umpan tersebut diletakkan di senada, suatu alat berbentuk seperti kerucut. Kemudian kemirek atau alat bantu untuk melepaskan kaitan jerat dan boom monyet akan tercekik di lehernya bila terlepas kaitannya.

  • Belawat Tutung

Belawat Tutung merupakan salah satu senjata tradisional untuk digunakan sebagai perangkap untuk menjerat babi landak. Alat ini biasanya dipasang pada mulut ataupun lubang gua batu yang diduga oleh kaum tani menjadi sarang atau tempat tinggalnya binatang tersebut.

Alat ini biasanya dibuat dari bambu yang di belah-belah lalu dianyam. Fungsi dari penganyaman bambu adalah membentuknya menjadi kerucut.

Saat dipasang, ia harus diberi umpan bulir sorgum di dalamnya dengan cara menggantungkannya pada tempat yang mudah terlihat oleh babi landak. Setelah terpancing, kaitannya akan terlepas dan babi landak sulit keluar karena jika dalam bahaya babi landak akan menegangkan duri-durinya sehingga menyangkut pada kisi-kisi belawat tutung.

  • Hahuk

Hahuk merupakan sebuah senjata uang memiliki seperti sumpit. Senjata sumpit menurut masyarakat setempat merupakan alat yang ampuh untuk menangkap burung-burung yang menjadi hama di ladang pertanian nya. Tidak hanya menyumpit burung, hahuk juga dapat menyumpit musang & tupai.

Senjata sumpit bisanya terbuat dari buluh bambu yang lurus dan buku-bukunya panjang. Hal ini  diartikan agar orang yang menggunakan hahuk mudah menentukan arah bidikan, karena buku yang jarang, memberikan peluang yang bagus untuk meniup atau menghembuskan napas mereka ke dalam rongga bambu dengan bebas tanpa halangan.

  • Dia

Dia merupakan senjata untuk menjerat burung perkutut dan koak (gagak). Alat ini akan berjalan secara otomatis dengan bantuan sebatang kayu & tali sebagai alat bantu.

Nama-nama dia beragam di sekitar NTT. Masyarakat setempat juga ada yang menyebutnya fetik, dia tete, dia hanit, dia taka, dia kakehe & dia sura.

Jeratan dipasang di kayu yang melintang karena sangat cocok untuk burung bertengger. Kemudian umpan tersebut diberikan dan jika tali jeratan terlepas kayu yang dipasang melintang terpental dan burung terjerat dalam tali.


Demikianlah pembahasan mengenai Senjata Tradisional NTT (Nusa Tenggara Timur) yang bisa dijadikan sebagai referensi dan dapat menambah wawasan untuk kita semua. Semoga dengan adanya artikel ini bisa bermanfaat bagi yang membaca. Terima Kasih.

Killua Ibrahim
Killua Ibrahim

“Untuk menjadi seorang yang ahli, kau harus belajar lebih.”