Panduan Cara Budidaya Belut yang Benar untuk Pemula

Belut adalah predator air tawar yang biasa hidup di ekosistem sawah dan termasuk ke dalam keluarga ikan.

Anggota suku ikan sidat atau Synbranchidae tersebut memiliki nama ilmiah Monopterus albus serta dikenal pula dengan sebutan mua, lindung, atau belut sawah.

Hewan bertubuh panjang dan licin tersebut termasuk hewan nokturnal dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air asalkan lingkungan hidup Belut tetap basah.

Hal tersebut terjadi karena Belut dapat mengambil oksigen langsung dari udara dengan menggunakan kulitnya.

Selain itu, Belut juga termasuk hewan hermaprodit atau bisa berubah kelamin.

Saat baru menetas hingga berusia muda Belut merupakan betina yang akan menelurkan telur-telurnya pada busa di air dangkal. Seiring perkembangannya Belut akan berubah menjadi jantan.

Secara fisik Belut sekilas memang tidak nampak seperti ikan pada umumnya terutama karena tidak memiliki sirip dengan bentuk tubuh silindris, diselimuti lendir licin dan tanpa sisik.

Belut adalah hewan yang asalnya dari daerah tropis dengan iklim yang relatif hangat.

Oleh sebab itu di Indonesia, Belut termasuk menjadi salah satu komoditas unggulan terutama untuk diolah menjadi kuliner.

Olahan kuliner Belut dapat berupa sajian masakan hingga keripik. Selain itu Belut juga berperan penting dalam menjaga ekosistem lingkungan.

Nah bagi Anda yang tertarik untuk budidaya Belut berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan.

1. Karakteristik dan Lingkungan Hidup Belut

 

Belut adalah jenis ikan yang unik karena tidak menyerupai ikan pada umumnya. Karakteristik Belut yang cukup mencolok adalah bentuknya silindris, bertubuh licin dan diselimuti lendir, serta tidak bersisik.

Ada dua jenis Belut yang populer di masyarakat, yaitu:

  1. Belut Sawah (Monopterus albus), bertubuh pendek dan gemuk.
  2. Belut Rawa (Synbranchus bengalensis), bertubuh panjang dan ramping.

Ukuran panjang tubuh Belut sendiri bervariasi rata-rata Belut konsumsi memiliki panjang sekitar 40 cm namun ada pula yang mencapai panjang maksimum sekitar 1 m.

Sementara itu, Belut muda biasanya memiliki panjang 20 – 29 cm dan panjang Belut tua 40 – 50 cm.

Selain memperhatikan karakteristik Belut, Anda juga perlu mengetahui lingkungan hidup atau habitat Belut.

Sebab jika Anda bisa membuat kolam budidaya yang sesuai dengan habitat asli Belut maka pertumbuhan Belut akan lebih optimal.

Berikut kriteria habitat Belut:

  1. Ketinggian lokasi budidaya Belut idealnya berada pada daerah dengan ketinggian sekitar 0 – 1200 mdpl.
  2. Suhu air ideal rata-rata adalah 25 – 32 °C.
  3. Kadar pH air yaitu berkisar dari 6 – 9.
  4. Kandungan oksigen yang terlarut dalam air sekitar 3 – 5 ppm sedangkan kadar kandungan karbondioksida terlarut adalah sekitar 5 – 15 ppm.

2. Penentuan dan Pembuatan Kolam Belut

 

Setelah mengetahui karakteristik dan lingkungan hidup atau habitat Belut, maka selanjutnya Anda bisa mulai menentukan jenis kolam budidaya Belut dan membuatnya.

Setidaknya terdapat tiga pilihan kolam budidaya yang bisa Anda buat, diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Kolam tembok

Kolam tembok adalah kolam yang dibuat permanen menggunakan material semen atau batako.

Ukuran ideal dari kolam tembok adalah menyesuaikan dengan jumlah Belut yang akan dibudidayakan yaitu sekitar 50 – 100 ekor belut per meter persegi.

Sementara itu, ketinggian kolam tembok atau permanen bisa Anda buat berukuran 1 – 1,25 meter.

Selain itu jangan lupa juga untuk membuat saluran pembuangan atau drainase yang bisa Anda buat dengan menggunakan pipa berukuran agak besar.

Apabila anda membuat kolam tembok baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu.

Setelah itu rendamlah dengan air dan tambahkan pelepah atau daun pisang, Anda juga bisa menggantinya dengan sabut kelapa. Jangan lupa untuk mencuci kolam minimal sebanyak 3 kali atau hingga bau semen hilang.

Keunggulan dan kelemahan dari kolam tembok

  • Keunggulan dari kolam tembok adalah awet atau tahan lama dan tahan terhadap kebocoran yang diakibatkan oleh hewan atau organisme perusak kolam. Airnya juga lebih mudah dikontrol dari organisme pengganggu kolam.
  • Kelemahan dari kolam tembok atau permanen adalah memerlukan biaya yang relatif tinggi untuk membuatnya serta memakan waktu cukup lama.

b. Kolam terpal

Kolam terpal sesuai dengan namanya dibuat dengan menggunakan material terpal serta bambu atau kayu sebagai penyangganya.

Sebagaimana kolam tembok, idealnya kolam terpal juga berukuran sekitar 50 – 100 ekor Belut per meter persegi.

Ketinggian dari kolam terpal juga berukuran yang relatif sama dengan kolam tembok yaitu sekitar 1 – 1,25 meter.

Saluran air dapat Anda buat dengan memberikan lobang pembuangan di tengah kolam dengan terlebih dulu dibuat kerucut bagian bawahnya.

Jenis dan kualitas bahan terpal yang digunakan akan berpengaruh terhadap ketahanan dari kolam terpal. Selain itu, agar semakin kuat dan tidak mudah jebol Anda juga harus membuat rangka penyangga yang terbuat dari kayu atau bambu.

Keunggulan dan kelemahan dari kolam terpal

  • Keunggulan dari kolam terpal adalah fleksibel dan efisien karena bisa dibangun dimana saja sesuai dengan lahan yang ada tersedia dan juga bisa dibongkar pasang. Kolam terpal juga bisa dibuat tanpa biaya yang banyak.
  • Kelemahan dari kolam terpal sendiri karena ketahanannya akan sangat tergantung dari jenis dan kualitas bahan terpal yang digunakan. Selain itu, pengontrolan air dan drainase di kolam terpal juga agak susah dilakukan.

c. Kolam drum atau kontainer

Drum atau kontainer plastik juga bisa digunakan untuk membuat kolam Belut semi permanen. Setiap drum bisa diisi sekitar 2 kg benih belut yang berukuran rata-rata 10 – 12 cm.

Idealnya memang jangan terlalu banyak agar Belut bisa tumbuh optimal.

Kolam drum sendiri bisa dibuat dengan waktu yang relatif singkat.

Berikut beberapa tahapan yang bisa Anda lakukan untuk membuat kolam budidaya Belut dari drum.

  1. Bersihkan bagian dalam drum terlebih dahulu.
  2. Buatlah lubang memanjang di bagian atas drum.
  3. Letakkan drum pada tanah yang datar, berikan pula pengganjal di bagian kanan dan kiri untuk mencegah agar drum tidak menggelinding.
  4. Buatlah saluran air dan pembuangan di bagian bawah drum.
  5. Berikan peneduh atau atap di atas kolam drum untuk melindungi Belut dari sengatan sinar matahari.

Keunggulan dan kelemahan dari kolam drum

  • Keunggulan dari kolam drum adalah pembuatannya memakan waktu yang relatif singkat dan juga tidak membutuhkan banyak ruang atau lahan.
  • Kelemahan dari kolam drum adalah tidak tahan lama dan relatif lebih cepat mengalami kerusakan dibanding kolam tembok dan kolam terpal. Selain itu, kolam drum juga memiliki ukuran terbatas sehingga butuh banyak drum.

Setelah menentukan jenis kolam budidaya Belut yang akan digunakan, Anda juga perlu membuat kolam yang dibedakan berdasarkan fungsinya.

Perbedaan fungsi kolam tersebut akan berpengaruh signifikan terhadap proses budidaya Belut yang Anda lakukan, yaitu:

  1. Kolam pemijahan, yaitu kolam berlumpur yang berfungsi untuk mengawinkan Belut dan sebagai tempat bertelur hingga menghasilkan anakan Belut.
  2. Kolam pendederan, kolam tersebut berfungsi dalam proses pembesaran Belut dari saat menetas hingga kemudian sudah siap tebar di dalam kolam pembesaran.
  3. Kolam pembesaran, kolam tersebut berfungsi untuk membesarkan Belut hingga siap untuk dipanen dan dijual atau dikonsumsi.

3. Pembuatan Media Tumbuh Belut

 

Setelah Anda menentukan jenis kolam dan membuat sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Maka selanjutnya Anda tingga membuat media tumbuh Belut, hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan Belut nantinya.

Ada dua media tumbuh Belut yaitu:

a. Media Lumpur

Media Lumpur bisa Anda buat pada kolam tembok, kolam terpal, maupun kolam drum.

Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan media tumbuh Lumpur adalah:

  1. Tanah lumpur.
  2. Pelepah pisang.
  3. Jerami.
  4. Pupuk kandang atau kompos.
  5. Air bersih.
  6. Bisa juga ditambahkan eceng gondok.

Untuk membuat media tumbuh lumpur tersebut, pertama letakkan jerami pada dasar kolam kurang lebih setebal 20 cm.

Setelah itu berilah lapisan kompos atau pupuk kandang sekitar 5 cm di atas jerami. Lalu tutuplah dengan tanah lumpur kering setebal 25 cm lalu tambahkan air bersih dengan ketinggian air sekitar 20 cm.

Setelah semua selesai dilakukan maka diamkan kolam selama kurang lebih 2 minggu untuk membiarkan terjadinya proses fermentasi.

Jika sudah 2 minggu, Anda bisa menambahkan eceng gondok di bagian atas kolam, jika tidak juga tak masalah.

Keunggulan dan kelemahan dari penggunaan media tumbuh lumpur

  • Keunggulan dari media tumbuh lumpur adalah tersedianya pakan alami sehingga bisa menghemat biaya pakan. Selain itu media tumbuh lumpur juga serupa dengan habitat asli dari Belut.
  • Kelemahan dari media tumbuh lumpur yaitu membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Selain itu, cukup sulit untuk memantau keadaan Belut yang dibudidayakan karena berada di dalam lumpur.

b. Media tanpa Lumpur

Selain media tumbuh Belut dengan menggunakan lumpur, Anda juga bisa membuat kolam budidaya tanpa menggunakan lumpur.

Media tumbuh tanpa lumpur dapat Anda buat dengan menggunakan air layaknya kolam ikan yang sering dibuat.

Keunggulan dan kelemahan dari penggunaan media tumbuh tanpa lumpur

  • Keunggulan dari media tumbuh Belut tanpa lumpur adalah Anda lebih mudah untuk memantau keadaan dan pertumbuhan Belut. Selain itu, kolam relatif lebih bersih serta mampu menampung Belut yang lebih banyak.
  • Kelemahan dari media tumbuh Belut tanpa lumpur yaitu tidak menyerupai habitat asli Belut serta biaya pakan akan lebih mahal karena tidak tersedia pakan alami. Sehingga Anda harus memberi pakan seperti pelet secara rutin.

4. Pemilihan Benih Belut

 

Setelah kolam dan media tumbuh Belut selesai dibuat maka Anda bisa memulai untuk memilih benih Belut yang akan dibudidayakan.

Sebaiknya Anda jangan sembarangan dalam memilih benih Belut.

Adapun ciri-ciri dari benih Belut yang unggul adalah sebagai berikut

  1. Benih Belut bebas dari luka, biasanya luka terjadi akibat gesekan maupun luka karena penyakit. (Benih Belut yang terluka dapat menularkan ke benih yang lainnya.)
  2. Aktif dan gesit serta tidak lemas saat dipegang, jika benih Belut lemas sewaktu dipegang maka bisa dipastikan bahwa daya tahan tubuh benih tersebut lemah.
  3. Ukuran benih Belut seragam, memilih ukuran benih Belut yang seragam penting untuk menghindari dominasi dalam makan dan mencegah terjadinya kanibalisme.
  4. Benih belut biasanya berukuran rata-rata sekitar 10 – 12 cm.

Proses yang bisa Anda lakukan setelah memilih benih Belut yang baik adalah mulai melakukan penebaran di dalam kolam pembesaran.

Lakukan penebaran secara perlahan agar benih Belut tidak stres dan malah mati.

Selain itu, cobalah untuk menebar benih Belut saat pagi atau sore hari ketika suhu lingkungan kolam relatif sejuk agar benih tidak stres.

5. Pembesaran Benih Belut

 

Apabila Anda telah selesai memilih benih Belut yang baik dan berkualitas unggul, maka selanjutnya Anda bisa langsung melakukan pembesaran benih hingga siap panen.

Namun bagi Anda yang ingin mendapatkan benih dari hasil pengembangbiakkan, berikut caranya:

Pemilihan Belut indukan, Belut yang disiapkan untuk menjadi indukan dapat Anda pilih berdasarkan ciri-cirinya untuk membedakan antara Belut jantan dan betina, yaitu adalah sebagai berikut:

  1. Belut yang memiliki panjang antara 20 – 25 cm dengan usia sekitar 3 – 6 bulan merupakan indukan Belut betina. (Ciri fisiknya berupa kepala runcing, warna kulit kehijauan pada punggung dan putih kekuningan pada perut.)
  2. Belut jantan memiliki panjang sekitar 20 – 50 cm dengan usia sekitar 6 – 9 bulan. Ciri fisiknya berupa kepala lebih tumpul dan berwarna keabu-abuan.
  3. Pisahkan Belut betina dan jantan indukan lalu masukan ke dalam kolam pemijahan yang telah dibuat sebelumnya. (Idealnya perbandingan antara Belut betina dan jantan adalah 1:1 hingga 1:4, artinya seekor jantan bisa untuk 1 hingga 4 ekor Belut betina.)
  4. Biarkan proses pemijahan berlangsung, biasanya akan terjadi pada malam hari dengan suhu lingkungan kolam sekitar 28 °C. (Nantinya telur-telur akan muncul di dekat lubang-lubang yang telah dibuat oleh indukan jantan sebelumnya.)
  5. Saat proses pemijahan Anda dapat memberikan pakan indukan seperti ikan cere atau cacing.

Setelah proses pemijahan berlangsung, Belut jantan akan menjaga telur-telur yang telah selesai dibuahi.

Biasanya telur akan menetas pada umur 9 – 10 hari. Setelah berumur sekitar 15 hari barulah indukan jantan akan meninggalkan anakan Belut.

Pindahkan anakan tersebut ke dalam kolam pendederan yang telah Anda buat di awal.

Pendederan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat mortalitas atau kematian benih Belut dan membuatnya tumbuh dalam ukuran yang seragam.

Lakukan proses pembesaran benih Belut sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Tumbuhkanlah pakan alami pada kolam pendederan yang terbuat dari campuran dedak kasar dan sekam padi dengan perbandingan sekitar 1:1.
  2. Lapisi dengan pupuk kandang atau kompos setebal 10 cm.
  3. Setelah itu tambahkan lapisan jerami di atasnya.
  4. Isilah kolam dengan air dengan ketinggian kurang lebih 50 cm.
  5. Tebarkan benih anakan pada kolam pendederan dengan perbandingan sekitar 500 ekor Belut anakan per meter persegi.
  6. Tunggulah hingga anakan Belut berukuran 5 – 8 cm dan siap untuk dipindahkan atau ditebar ke dalam kolam pembesaran.

6. Pemeliharan dan Perawatan

 

Saat benih Belut berhasil ditebar di kolam pembesaran, maka Anda harus mulai untuk mulai melakukan pemeliharaan dan perawatan Belut tersebut.

Untuk mendapatkan hasil budidaya Belut yang optimal ada dua hal utama yang harus Anda lakukan, yaitu sebagai berikut:

a. Pemberian pakan

Belut termasuk hewan yang membutuhkan banyak makanan, sehingga apabila terlambat memberi pakan bisa berakibat fatal terlebih saat Belut baru saja ditebar.

Secara umum, Belut membutuhkan jumlah makan 5 – 20% dari bobot tubuhnya.

Pakan yang bisa diberikan untuk Belut dapat berupa pakan hidup maupun pakan mati. Untuk Belut yang masih kecil (larva), pakan hidup yang dapat diberikan dapat berupa zooplankton, cacing, kutu cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga.

Sedangkan bagi Belut yang telah dewasa, pakan hidup yang bisa diberikan dapat berupa ikan, katak, serangga, kepiting kecil atau yuyu, bekicot, belatung, dan keong. frekuensi pemberian pakan hidup tersebut dapat Anda lakukan sekitar 3 hari sekali.

Sementara itu untuk pakan mati, Anda dapat memberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting kecil atau yuyu, atau pelet.

Lebih baik pakan mati diberikan dengan direbus terlebih dahulu dengan frekuensi 1 – 2 kali per hari.

Sebagai hewan nokturnal, maka alangkah lebih efektif jika pemberian pakan Belut dilakukan saat sore menuju malam hari.

Namun apabila kolam budidaya yang Anda buat teduh dan ternaungi, maka pemberian pakan bisa dilakukan kapanpun.

b. Pengaturan air kolam

Pengaturan air kolam bertujuan untuk memastikan terjaganya kandungan kadar oksigen, karbondioksida, serta kadar pH air kolam yakni sekitar 6 – 9.

Sirkulasi air kolam yang baik akan membuatnya seperti habitat asli Belut, genangan air sawah.

Kedalaman air juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan Belut, jadi pastikan ketinggian air berada pada kisaran 20 cm.

Air yang terlalu dalam atau tinggi akan membuat Belut terlalu banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga membuat Belut cenderung agak kurus.

7. Panen

 

Sebenarnya tidak ada patokan baku seberapa besar Belut siap untuk dipanen dan dikonsumsi.

Secara umum pasar domestik biasanya menerima belut berukuran yang relatif kecil dengan usia pemeliharaan sekitar 3 – 4 bulan.

Sedangkan pasar ekspor cenderung menerima belut yang berukuran relatif besar dengan masa pemeliharaan 3 – 6 bulan.

Ada dua cara yang dapat Anda lakukan untuk melakukan proses panen Belut dari kolam budidaya, yaitu panen total dan panen sebagian.

Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi Belut di kolam dan menyisakan Belut kecil untuk dipelihara lagi.

Sementara itu panen total biasanya dilakukan dalam budidaya Belut yang cenderung lebih intensif.

Budidaya tersebut dilakukan dengan pemberian pakan dan metode budidaya yang lebih akurat dan terukur. Alhasil Belut yang dihasilkan pun memiliki ukuran yang seragam.


Itulah beberapa langkah dan panduan dalam budidaya Belut.

Dengan mengikuti cara tersebut Anda bisa membudidayakan Belut dengan baik.

Tentunya harus serta merta dibarengi ketekunan dan ketelitian agar Belut bisa tumbuh optimal dan bisa menghasilkan.

Killua Ibrahim
Killua Ibrahim

“Untuk menjadi seorang yang ahli, kau harus belajar lebih.”