SIPINTAR.NET – Dalam masyarakat Jawa, biasanya mengenal sebuah budaya yang bernama tembang macapat. Tembang macapat sangat terkenal dan disukai masyarakat dikarenakan didalamnya mengandung pesan-pesan yang bermanfaat, salah satunya tembang durma yang akan kita bahas.
Tembang durma ini merupakan salah satu jenis tembang macapat yang paling populer karena mengandung pesan yang berguna bagi masyarakat, khususnya para pemuda yang sedang mencari jati diri.
Nah berikut ini akan kita bahas artikel mengenai tembang macapat durma dan beberapa hal yang terkait dengan tembang durma.
Pengertian Tembang Durma
Durma menjadi salah satu bagian dari tembang macapat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata durma ini berasal dari bentuk jenis tembang macapat yang ada di Jawa, Sunda, dan juga Bali.
Biasanya, jenis tembang ini dipakai untuk menceritakan kisah atau cerita yang keras misalnya perkelahian atau peperangan.
Kata Durma sendiri berasal dari bahasa Jawa Klasik atau Kawi yang artinya harimau. Arti kata Dur mempunyai arti bala (Buruk). Dengan arti buruk tersebut, tembang durma biasa digunakan dalam suasana yang menyeramkan.
Harimau ini menjadi lambang dari empat sifat nafsu manusia, yakni:
- Ego Centros atau nafsu angkara
- Polemos atau nafsu mudah marah
- Eros atau nafsu birahi
- Relegios atau nafsu keagamaan, kebenaran atau
Selain itu, pengertian tembang durma juga bisa diartikan sebagai darma, yang memiliki arti sifat ingin memberi yaitu sifat seseorang yang selalu ingin menolong sesama saat dalam kesulitan.
Kata durma juga mengibaratkan hubungan yang sangat erat antara manusia satu dengan manusia yang lain sebagai makhluk sosial.
Dalam kehidupan, manusia sangat memiliki ketergantungan dengan manusia lain. Dengan adanya ketergantungan tersebut, maka setiap orang dituntut untuk bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri atau juga kepada orang lain.
Pengertian tembang durma juga bisa diuraikan dengan kemunduran etika atau tata krama. Sehingga, dalam beberapa watak pewayangan banyak tokoh jahat dengan nama seperti Dursasana, Duryudana, Durmogati dan yang lainnya.
Sedangkan dalam terminologi Jawa kata dur/dura memiliki makna negatif atau sesuatu yang buruk. Seperti dura sengkara, dursila, duratmoko, durajaya, duracara, dursahasya, durtama, durniti, durmala, durta, dan udur.
Watak Tembang Durma
Tembang Durma mempunyai watak sombong, amarah, keras dan penuh dengan hawa nafsu. Selain itu, tembang durma juga berwatak berontak, tegas, keras dan penuh amarah yang sangat menggebu-gebu.
Secara umum watak tembang durma ini ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan kejelekan, keburukan, dan egoisme.
Sisi lain watak tembang durma ialah mempunyai watak yang penuh motivasi dan semangat berperang. Sehingga jenis tembang ini sering digunakan untuk penyemangat dalam peperangan.
Paugeran(Aturan) Tembang Macapat Durma
Aturan atau paungeran tembang durma mulai dari guru gatra, guru lagu dan guru wilangan, diantaranya:
- Mempunyai Guru gatra (Baris atau larik) dengan jumlah 7.
Tembang durma mempunyai 7 baris atau larik di setiap baitnya.
- Mempunyai Guru Wilangan (Jumlah Suku Kata) yaitu 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7.
Baris pertama dalam tembang durma mempunyai 12 jumlah suku kata, baris kedua berjumlah 7 suku kata dan seterusnya sampai baris ketujuh.
- Mempunyai Guru Lagu (Vokal atau Huruf) yaitua, i, a, a, i, a, i.
Baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir dengan vokal i dan seterusnya sampai baris ketujuh.
Kumpulan Contoh Tembang Durma
Berikut merupakan kumpulan contoh dari tembang durma beserta artinya. Yuk, simak selengkapnya:
Contoh Tembang Durma Buatan Sendiri
Lamon dika epasrae panggabayan
Ampon mare apeker
terang kaekona
ada janji marantaa
pon pon brinto tarongguwi
anggap tanggungan
Ma’ta’ malo da’ oreng
Paman-paman, apa wartane ing dalan,
ing dalan akeh pepati
mati kena apa
mati pinedhang ligan
ing jaja terusing gigir
akari raga
badan kari gluminting.
Contoh Tembang Durma Tema Agama
Judul: “Nur Ilahi”
Tema: Keagungan dan Kebesaran Tuhan
Contoh bait: Nur Ilahi menerangi dunia, Cahaya-Mu sinari alam semesta. Pujian kami haturkan pada-Mu, Agungkan nama-Nya, kekal abadi.
Judul: “Sujud Hati”
Tema: Pengabdian dan Ketaatan kepada Tuhan
Contoh bait: Sujud hati kami hadirkan pada-Mu, Rendahkan diri di hadapan-Mu. Hamba berserah, penuh taat dan cinta, Di setiap nafas, nama-Mu terucap.
Judul: “Panggilan Iman”
Tema: Ajakan untuk Beriman dan Bertaqwa
Contoh bait: Dengarlah panggilan iman yang suci, Jalan yang lurus, hidupkan hati. Taqwa dan kasih, timba ridha Tuhan, Dalam kesucian, diri kian sempurna.
Judul: “Mahligai Surga”
Tema: Keindahan Surga sebagai Tujuan Akhir
Contoh bait: Mahligai Surga menanti hamba-Nya, Surgawi pesona, abadi bahagia. Jauhkan diri dari dosa dan dusta, Satu harapan, berjumpa-Mu, Illahi.
Judul: “Rahmat Pencipta”
Tema: Kasih dan Rahmat Allah sebagai Pencipta
Contoh bait: Dalam rahmat-Mu, alam tumbuh bersemi, Cinta Ilahi, hadirkan harapan. Syukur dan puji, nyanyikan selamanya, Pencipta alam, limpahkan kasih-Mu.
Judul: “Ikrar Ibadah”
Tema: Ikrar untuk Mengabdi kepada Allah
Contoh bait: Kami bersatu dalam ikrar suci, Mengabdikan diri, hamba yang tulus. Hati yang suci, iman yang teguh, Hidup berarti dengan-Mu, ya Allah.
Judul: “Zikir Kehadiran-Mu”
Tema: Mendekatkan diri kepada Allah melalui Zikir
Contoh bait: Zikir kehadiran-Mu melipur lara, Hati damai, jiwa tenteram. Dalam setiap hembusan nafas, kami berdzikir, Redakan gelisah, dekatkan diri.
Judul: “Rahasia Ilahi”
Tema: Keagungan Ilmu dan Kehidupan Spiritual
Contoh bait: Rahasia Ilahi terbuka bagi hati suci, Cari dan temukan, jelajahi batin. Ilmu-Nya melimpah, hidayah yang abadi, Hamba yang mencari kan menemukan-Nya.
Judul: “Syahdu Puasa”
Tema: Keberkahan dan Kehikmatan Puasa
Contoh bait: Syahdu puasa hadirkan kedamaian, Puji dan syukur di bulan suci. Ketenangan jiwa, raih dalam kesucian, Kehidupan berkah, berkat dari-Mu.
Judul: “Tabur Bakti”
Tema: Menabur Bakti dan Kebaikan
Contoh bait: Tabur bakti kami di jalan-Mu, Cinta dan kasih, hadir dalam tindakan. Bantu hamba berjalan di jalan-Mu, Menuju surga, syurga yang abadi.
Contoh Tembang Durma Tema Lingkungan
Datan kewran karya tangkising kagunan,
sang mindha sarpa nuli,
manjongok angakak,
meh parek lawan rata,
sirahing naga ngungkuli,
rataning nata,
netra katon gumilir.
Kang kataman keh malepuh gundam-gundam,
sagung para bupati,
sakedhap kewala,
sinabet kasulayah,
kang panggah kaplipis rujit,
prabu kalihnya,
waspada aningali.
Wadya wuri giniring mring ratunira,
bentet samya ngebyuki,
surak lir ampuhan,
tambuh kehing gegaman,
sang naga molah nguwati,
nembur magalak,
hruning wisa lir riris.
Mijil hastra neka warna pangawasa,
gumredeg anibani,
Sakehing kadibyan,
nira prabu kalihnya,
sang amindha sarpa kalis,
datan kasoran,
retna Kenakasasi.
Gilar-gilar kadya ingkang surya kembar,
suing kumilat kengis,
lidhah lir daludag,
raja Mandrasaraba,
kekes denira ningali,
angganing sarpa,
dene yayah rinukmi.
Solahing kang yuda ananggulang sarpa,
tan mantra angawali,
malah keh picondhang,
duka prabu kalihnya,
mangsah ratanira gumrit,
mangekapada,
menthang langkap pinusthi.
Yata para punggawa sareg umangsah,
satus samya sinekti,
sewu mantri wira,
panggah ngangsahken gada,
kunta nanggala myang bindi,
tumibeng sarpa,
tan mantra miyatani.
Angur silih den adu padha manungsa,
babegjan padha siji,
iku buron sarpa,
tan nganggo kira-kira,
lawan ora idhep wedi,
daya cilika,
gedhe sapuluh tiris.
Ing wusana bubar larut asar-saran,
tan kena den adhangi,
mring para punggawa,
ginebugan ameksa,
kang saweneh ana angling,
sapa kang kelar,
tumanggah mesthi mati.
Maputeran panyabete kering kanan,
sinosog waos biting,
tan mantra tumama,
saya keh wadya bala,
kang ngemasi kapalipis,
kang teguh rosa,
picondhang mempis-mempis.
Kadya kilat sisik mubyar kabaskaran,
yayah tinubing rukmi,
sumiyut gumebyar, nibani wadyabala,
sewu prajurit kaplipis,
remuk sumebar,
singlar-singlar keh mati.
Gumarudug anawat sela lir udan,
tanapi gada bindi,
kunta myang senjata,
tibeng angganing sarpa,
datan mantra anedhasi,
sangsaya krura,
molah amuter pethit.
Risang sarpa uninga pinagut yuda,
sumebut andhatengi,
sumembur wisanya,
kadya riris sumebar,
wadya bala anadhahi,
surak gumerah,
lan tengara tinitir.
Rajeng Siyem Manila angatag wadya,
kinen angrubut jurit,
pinrih patinira,
nyana sarpa wantahan,
punggawa kinen mangarsi,
kang prawireng prang,
keh sikep gada bindi.
Wadya bala Siyem kalawan Manila,
kagyatira tan sipi,
mundur tur uninga,
marang narendranira,
yen wonten sarpa gang prapti,
saking jro taman,
galak anerak baris.
Minger medah Sang Retna Galuh tinilar,
sang naga prapteng jawi,
sedya ananggulang,
praptane kang gegaman,
laju sumebut dhatengi,
krura angakak,
gora reh gigirisi,
Minger medah Sang Retna Galuh tinilar,
sang naga prapteng jawi,
sedya ananggulang,
praptane kang gegaman,
laju sumebut dhatengi,
krura angakak,
gora reh gigirisi.
Kontrangkantring saking marase kalintang,
dhuh aduh anak mami,
age lumayua,
yata kang kawuwusa,
wonten gegaman geng prapti,
jawing taman,
ingkang hadar bebaris.
Lumayua lan arimu dipun enggal,
sang retna anahuri,
bibi emah-eman,
kembange akeh megar,
dupeh sarpa gigi lani,
lag ngarah apa,
ni randha duk miarsi.
Kae manungsa golèk upa angkara,
Sesingidan mawuni,
ngGawa bandha donya,
mBuwang rasa agama,
Nyingkiri sesanti ati,
Tan wedi dosa,
Tan èling bakal mati.
Dyan anarik candrasa Prabu Rawana,
Pinrang jatayu jeni,
Suwiwine sempal,
Tiba sang peksi raja,
Sinta manglayang sira glis,
Cinandhak kena,
Mring sang reksapati.
Contoh Tembang Durma Tema Pendidikan
Dhuk miarsa krodha prabu Dasamuka,
denira wre Subali,
sedya ngluwihana,
lawan isining jagad,
nudingi asru dennya ngling,
kagila-gila,
si monyet ingkang pinrih.
Alon matur mring kang paman Sri Manila,
dede wados puniki,
paran karseng rama,
hulun datan kawagang,
ngandika Sri Bramasekti,
sira menenga,
ingsun arsa mungkasi.
Sining jagad apa sira dhewe ingkang,
sineren guna sekti,
buta palawija,
migena wong atapa,
yen sira kudu ajurit,
lah tekakena,
budimu sun kembari.
Duk miarsa Subali madeg krodhanya,
sugal dennya nauri:
apa talingira,
dene kabina-bina,
ambegmu angluluwihi,
ndhasmu tan kaprah,
buta gedheging bumi.
Krodha prabu Rawana narik candrasa,
pinrang luput ngoncati,
Subali malumpat,
mbedhol wit gorarupa,
pinuter saengga giri,
Sri Dasamuka,
pinupuh angoncati.
Diyu ditya manungsa sanadyan dewa,
nora keha nimbangi,
guna kuringaprang,
mengko monyet ngalunyat,
peksa lumuwih neng bumi,
lah kalahena,
wuk kuring aprang dhingin.
Baca Juga: Tembang Macapat
Contoh Tembang Durma Tema Keberanian
Babo babo mara age tandhingana
Sun prajurit linuwih
Sekti mandraguna
Prawira ing ngayuda
Kang tandhing haywa lumaris
Tan wurung sira
Sirna ndepani bumi.
Artinya :
Mari kesini lekas lawanlah
Saya prajurit mumpuni
sakti mandraguna
kesatria dalam peperangan
yang melawan telah banyak
pada kesimpulannya kamu pun
mati tersungkur di tanah.
Contoh Tembang Durma Tema Masyarakat
Bener luput ala becik lawan beja
cilaka mapan saking
ing badan priyangga
dudu saking wong liya
pramila den ngati ati
sakeh durgama
singgahana den aglis.
Artinya :
Benar, salah, kurang baik, baik, demikian juga keberuntungan
celaka bersemayam dari
dalam dirinya sendiri
bukan dari orang lain
buat itu barhati- hatilah
dari banyaknya bahaya
menyingkirlah lekas.
Lamon dika epasrae panggabayan,
Ampon mare apeker,
Terang ka’eko’na,
Ad janji maranta’a,
Pon pon brinto tarongguwi,
Anggap tanggungan,
Ma’ ta’ malo da’ oreng.
Artinya :
Bila kalian menemukan beban pekerjaan
telah berakhir dipikir
tentang seluk- beluknya kerja,
usaha buat menuntaskan,
bila demikian haruslah serius
bekerja dengan penuh tanggung jawab
supaya tidak mengecewakan orang.
Baca Juga: Contoh Tembang Maskumambang
Contoh Tembang Durma Tema Tata Krama
Mundur kang dadi tata krama
Dur iku duratmoko duroko dursila
Dur iku durmogati dursosono duryudono
Dur udur tan cakap nimbang rasa
Dur udur paribasan pari kena
Maknane nglaras rasa jroning durma
Sinom dhandanggula kang sinedya
Lali purwaduksina kelon asmaradana
Lali wangsiting ibu lan rama
Mangkono werdine gambuh durma
Amelet wong enom ing ngarcapada
Pan mangkono
Jarwane paribasan parikena.
Artinya :
Menghindari dari sopan santun
Dur, itu pencuri, penjahat tidak beradab
Dur, semacam Durmogati, Dursasana, Duryudana
Dur, berharap ingin menang sendiri, tidak menimbang rasa
Dur, perumpamaan sekenanya
Itu perumpamaan Durma
Anak muda dalam mimpi- mimpi indahnya
Kurang ingat segalanya berpeluk pada asmara
Kurang ingat pesan Bunda Bapaknya
Semacam perumpamaan Gambuh serta Durma
Yang tetap menarik kalangan anak muda dalam kehidupan di muka bumi
Semacam itu
Iktikad penafsiran sekenanya.
Contoh Tembang Durma Tema Keluarga
Ingkang eling Iku ngelingana marang
sanak kadang kang lali
Den nedya raharja
Mangkono tindak ira
Yen tan ngugu ya uwis
Teka menenga
Mung aja sok ngrasani.
Artinya :
Yang sadar itu ingatlah pada
sanak saudara yang lupa
cuma ingin hidup sejahtera
itulah yang harus dilakukan
kalau tidak percaya ya sudah
Tinggal diam saja.
Baca Juga: Tembang Jawa
Makna Tembang Durma
Tembang durma mempunyai makna terkait dengan kedermawanan seseorang dalam membantu sama sama lain. Bagi orang yang mempunyai ekonomi berkecukupan memang sudah seharusnya untuk membagikan sebagian hartanya untuk orang yang lebih membutuhkan.
Nah, tembang durma ini memberikan pelajaran kepada manusia untuk mempunyai sifat yang dermawan dan suka bersedekah.
Selain itu, tembang durma juga memiliki makna tentang kehidupan manusia yang seringkali mengalami kekurangan, masa sulit, dan duka.
Maka dari itu, tidak sepatutnya manusia membanggakan diri dan sombong atas harta yang dimilikinya. Karena harta yang dimiliki merupakan titipan dari Tuhan.
Sebagai manusia, seharusnya kita bersyukur atas semua nikmat yang Tuhan berikan dan berbuat baik kepada sesama.
Bukan hanya itu, tembang durma dibuat untuk memberikan gambaran terkait dengan keadaan manusia yang sering berbuat buruk atau bersifat jahat. Manusia merupakan makhluk yang gemar cekcok, mengikuti hawa nafsunya dan bahkan merugikan orang lain.
Manusia merupakan makhluk yang tidak mau disakiti, akan tetapi sangat gemar menyakiti hati orang lain. Suka berdalih dari niatnya yang baik, namun tidak peduli walaupun caranya kurang baik.
Begitulah keadaan manusia di bumi, suka bertengkar, tak terkendali, emosi, mencelakai, dan bahkan menyakiti.
Parahnya lagi, jika manusia itu sudah merasa bahwa dirinya lah yang paling benar. Maka bisa sangat dengan mudahnya ia menyalahkan orang lain tanpa lebih dulu mencari kebenarannya.
Filosofi Tembang Durma
Tembang durma selain mempunyai makna yang berhubungan dengan etika, juga mempunyai filosofi yang terdengar mistis dan diartikan sebagai mantra untuk memanggil makhluk halus, seperti lagu lingsir wengi.
Dari isi tembang lingsir wengi sangat jelas bahwa penyanyi mengharapkan bahwa jin atau setan menjadi apapun dan terpenting tidak membawa kekacauan atau maut.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa tembang durma yang berjudul lingsir wengi ini bukan tembang untuk memanggil makhluk halu.
Akhir Kata
Walaupun tembang durma sangat identik dengan keburukan, tapi didalamnya sangat banyak pesan yang dapat diambil dan dijadikan pelajaran.
Demikian penjelasan kami terkait dengan tembang durma, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua terkait dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.