Tembang merupakan budaya khas Jawa yang diperkenalkan oleh Walisongo dan juga sebagai media dakwah Walisongo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dalam tembang Jawa ada beberapa jenis tembang yang terkenal dikalangan masyarakat Jawa, salah satunya ialah Tembang Gambuh.
Tembang ini biasanya berisi sebuah kebijaksanaan dan juga nasihat kepada generasi remaja dalam menjalani kehidupan.
Nah, pada artikel ini kita akan bahas beberapa hal terkait dengan tembang gambuh yang populer di kalangan masyarakat Jawa ini. Yuk Simak!
Pengertian Tembang Gambuh
Gambuh berasal dari kata “jumbuh” yang dalam bahasa Jawa artinya tepat, sesuai, kecocokan, kesepahaman, atau kebijaksanaan. Bijaksana disini diartikan dapat menempatkan suatu hal sesuai dengan porsinya dan juga mampu bersikap adil.
Tembang Gambuh berisi mengenai ajaran dan nasehat untuk generasi muda dalam pergaulan, sikap atau bahkan tingkah laku dalam menjalin hubungan dengan teman atau masyarakat lainnya.
Nasihat terkait dengan pentingnya membangun toleransi, rasa persaudaraan, dan kebersamaan sebagai makhluk sosial banyak terlihat dari tembang Gambuh ini. Salah satunya ada pada Serat Wulangreh pupuh III yang merupakan karya dari Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta.
Sedangkan untuk pengertian tembang gambuh yaitu sebagai tahapan manusia yang sudah bertemu dengan seseorang yang tepat dan sesuai.
Kemudian mereka berdua memutuskan untuk menikah setelah bertemu dengan kedua belah pihak dan juga sudah mendapat restu dari orang tua.
Dalam kenyataanya, isi tembang gambuh juga membahas mengenai pergaulan antar manusia sehingga terciptalah suatu hubungan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Pitutur luhur tembung gambuh yang berisi nasihat sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern yang krisis akan budi luhur.
Sejarah Tembang Gambuh
Tembang gambuh diperkirakan muncul sekitar abad ke-15. Dahulu tembang ini sangat populer bagi kalangan masyarakat Bali pada saat dikenalkan aktor teater dengan judul Panji.
Gambuh merupakan teater dramatari yang mutunya dianggap paling tinggi. Selain itu, gambuh juga terkenal sebagai sebuah dramatari klasik Bali yang kaya dengan gerakan tari. Sehingga bisa juga dianggap sebagai sumber jenis dari tari klasik Bali.
Ditunjukkan dengan bentuk teater, tembang gambuh sangat berpegang teguh pada kajian seni seperti seni rupa dan juga seni suara.
Pementasan tembang gambuh juga biasa diiringi dengan alat musik tradisional Indonesia yakni gamelan.
Watak Tembang Gambuh
Macapat gambuh masuk kedalam tembang tengahan, sama seperti dengan jenis tembang Wirangrong, Megatruh, Jurudhemung, dan juga Balabak.
Watak tembang gambuh yaitu sumanak atau ramah kepada siapapun, Sumadulur atau rasa persaudaraan yang kuat, Mulang atau mengajar, dan pitutur atau memberi nasihat.
Watak tembang gambuh secara khusus yaitu terkait dengan kebersamaan dan sifat kekeluargaan. Sedangkan watak gambuh lainnya bersifat jelas, lugas, tegas, dan tidak ragu-ragu.
Karena watak seperti inilah, seringkali jenis tembang ini digunakan untuk menyampaikan pitutur (nasihat), cerita, dan juga pesan kehidupan yang membangun toleransi, rasa persaudaraan, dan kekeluargaan.
Aturan Tembang Gambuh
Seluruh tembang terikat dengan aturan-aturan yang berfungsi untuk membedakan antara satu tembang dengan tembang yang lainnya.
Aturan tembang gambuh dibagi menjadi tiga yaitu guru gatra, guru lagu dan guru wilangan.
Berikut ini penjelasan mengenai aturan tembang gambuh.
#1. Guru Gatra Tembang Gambuh
Tembang gambuh mempunyai 5 guru gatra atau baris. Dengan demikian, setiap bait dari tembung ini terdiri dari lima baris lirik yang saling berkaitan.
#2. Guru Lagu Tembang Gambuh
Setiap tembang selalu mempunyai guru lagu yang berbeda antar satu sama lain. Guru lagu tembang ini yaitu u, u, i, u, o. Maksudnya pada akhir lirik tembang setiap barisnya diakhiri dengan huruf vokal yang lima tersebut.
#3. Guru Wilangan Tembang Gambuh
Guru wilangan merupakan gatra atau baris yang terdapat dalam bait tembang yang mempunyai jumlah suku kata tertentu.
Guru wilangan tembung ini yaitu 7, 10, 12, 8, 8. Maksudnya jumlah suku kata pada gatra pertama yaitu 7, kedua 10, ketiga 12 dan seterusnya.
Dengan adanya aturan tembang, pada saat membuat lirik atau syair dari suatu tembang maka tidak bisa asal-asalan. Akan tetapi harus menyesuaikan dengan aturan tembang yang berupa guru gatra, guru lagu dan guru wilangan.
Fungsi Tembang Gambuh
Tembang gambuh juga mempunyai fungsi untuk menyampaikan berbagai macam ajaran kebaikan (pitutur luhur) kepada para generasi muda.
Amanat pada macapat gambuh yang paling menonjol yaitu terkait dengan bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan manusia lain.
Jadi pada intinya, makna dan isi tembang ini ditujukan untuk memberi nasehat dan petunjuk-petunjuk untuk berbuat baik.
Tembung gambuh ini sering ditampilkan untuk acara pementasan umum, seperti karawitan, pameran budaya, dan pewayangan.
Kumpulan Contoh Tembang Gambuh
Amrih pareke iku
Yen wus kanggep nuli gawe umuk
Pan wong akeh sayektine padha wedi
Tan wurung tanpa pisungsung
Adol sangggup sakehing wong.
Yen wong mangkono iku
Ora pantes cedha karo wong agung
Nora wurung anuntun panggawe juti
Nanging ana pantesipun
Wong mangkono didhedheplok.
Aja kakehan sanggup
Durung weruh tuture agupruk
Tutur nempil panganggepe wruh pribadi
Pangrasane keh kang nggunggung
Kang wus weruh amalengos.
Aja nganggo sireku
Kulakuwan kan mangkono iku
Nora wurung cinirenen den titeni
Miiring pawong sanak sadulur
Nora nana kang pitados.
Contoh Tembang Gambuh & Artinya
Contoh Tembang Gambuh #1
Aja nganti kabanjur
Barang polah ingkang nora jujur
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik
Becik ngupayaa iku
Pitutur ingkang sayektos.
Artinya:
Jangan menunggu terbiasa.
Terbiasa berperilaku tidak jujur.
Jika sudah terlanjur akan celaka dan tidak baik.
Lebih baik berusaha
Mengikuti ajaran yang benar dan sejati.
Contoh Tembang Gambuh #2
Tutur bener puniku
Sayektine apantes tiniru
Nadyan metu saking wong sudra papeki
Lamun becik nggone muruk
Iku pantes siro anggo.
Artinya:
Ucapan benar yaitu
Yang pantas untuk ditiru
Meskipun dari orang yang derajatnya lebih rendah
Namun jika pengajarannya baik
Maka pantas ditiru.
Contoh Tembang Gambuh #3
Ana pocananipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyoh.
Artinya:
Ada perumpamaan
Adiguna, adigang, dan adigung’
Seperti Adigang-nya seekor kijang dan adigung-nya seekor gajah
Dan adiguna seekor ular
Ketiganya mati bersama dengan sia-sia.
Contoh Tembang Gambuh #4
Si kidang ambegipun,
Angandelaken kebat lumpatipun,
Pan si gajah angandelaken gung ainggil,
Ula ngandelaken iku,
Mandine kalamun nyakot.
Artinya:
Si kijang berwatak buruk
Membanggakan kecepatan melompat dan berlari
Si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi dan besar
Ular membanggakan racunnya
Yang manjur saat menggigit.
Contoh Tembang Gambuh #5
Iku umpamanipun,
Aja ngandelaken sira iku,
Suteng nata iya sapa kumawani,
Iku ambeke wong digang,
Ing wasana dadi asor,
Artinya:
Sebuah perumpamaan,
Jangan pernah menyombongkan diri,
Seorang raja siapa yang telah berani,
Itu perilaku yang adigang,
Pada akhirnya dapat merendahkan diri sendiri.
Contoh Tembang Gambuh #6
Adiguna puniku,
Ngandelaken kapinteranipun,
Samubarang kabisan dipundheweki,
Sapa bisa kata ingsun,
Togging prana nora enjoh.
Artinya:
Watak adiguna yaitu,
Sifat membanggakan kepandaiannya,
Seolah-olah semua dapat dikerjakan sendiri,
Dalam hatinya berkata “Siapa yang bisa seperti saya”,
Ujung-ujungnya tidak bisa apa-apa.
Contoh Tembang Gambuh #7
Ambek adigung iku,
Angungasaken ing kasuranipun,
Para tantang candhala anyenyampahi,
Tinemenan nora pecus,
Satemah dadi geguyon.
Artinya:
Watak adigung adalah
Menyombongkan keperkasaan dan keberaniannya
Semua ditantang berkelahi dan direndahkan.
Namun jika benar-benar dihadapi, ia tidak berdaya.
Akhirnya hanya menjadi bahan tertawaan.
Contoh Tembang Gambuh #8
Ing wong urip puniku
Aja nganggo ambek kang tetelu
Anganggowa rereh ririh ngati-ati
Den kawangwang barang laku
Kang waskitha solahing wong.
Artinya:
Dalam sebuah kehidupan manusia
Jangan sampai memiliki ketiga watak tersebut
Milikilah sifat yang sabar, bijaksana dan berhati-hati.
Selalu intropeksi diri pada tingkah laku
Pandailah membaca perilaku orang lain.
Contoh Tembang Gambuh #9
Rasaning tyas kayungyung
Angayomi lukitaning kalbu
Gambir wana kalawan hening ing ati
Kabekta kudu pinutur
Sumingkiringreh tyas mirong.
Artinya:
Keinginan yang berasal dari rasa hati,
Memberikan perlindungan dan memberikan rasa nyaman di hati.
Juga akan melahirkan perasaan yang hening.
Karena harus memberikan nasehat,
Agar dapat menyingkapkan hal-hal yang salah.
Contoh Tembang Gambuh #10
Den samya amaituhu
Ing sajroning jaman kala bendhu
Yogya sampeyan yuda hardaning ati
Kang anuntun mring pakewuh
Uwohing panggawe awon.
Artinya:
Di harap semua orang mengikuti
Di dalam zaman dahulu kala
Sebaiknya kamu mengendalikan hawa nafsu pribadi
Yang dapat menuntun pada hal yang tercela
Hasil dari sebuah perbuatan yang buruk.
Contoh Tembang Gambuh #11
Ngajapa tyas rahayu
Ngayomana sasameng tumuwuh
Wahanane ngendhakke angkara klindhih
Ngendhangken pakarti dudu
Dinulu luwar tibengdoh.
Artinya:
Berusahalah supaya hati selalu selamat.
Selalu saling melindungi satu sama lain.
Perilaku yang demikian akan menghilangkan angkara murka.
Serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.
Ditelan dan dibuang jauh-jauh.
Contoh Tembang Gambuh #12
Beda kang ngaji pumpung,
Nir waspada rubedane tutut,
Kakanthilan manggon anggung atur wuri,
Tyas riwut ruwet dahuru,
Korup sinerung angoroh.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)
Artinya:
Berbeda dengan yang ngaji mumpung,
Hilang kewaspadaan dan banyak gangguan,
Dengan menjumpai kerepotan mengikuti hidupnya,
Hati selalu ruwet terus,
Mengambil yang bukan haknya selalu berdusta.
Contoh Tembang Gambuh #13
Ilang budayanipun,
Tanpa bayu weyane ngalumpuk,
Sakciptane wardaya ambebayani,
Ubayane nora payu,
Kari ketaman pakewuh.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)
Artinya:
Hilang sopan santunnya,
Tidak memiliki kekuatan dan lemah,
Apa yang dilakukan selalu hal-hal yang berbahaya,
Sumpah dan janji hanya di mulut,
Akhirnya hanya akan menemui sesuatu yang tidak mengenakan hati.
Contoh Tembang Gambuh #14
Iku upamanipun
Aja ngandelake sira iku
Suteng nata iya sapa kumawani
Iku ambeke wong digang
Ing wasana dadi asor.
Artinya:
Adalah suatu perumpamaan
Jangan terlalu menyombongkan diri
Raja siapa yang berani
Yaitu perilaku adigang
Yang dapat merendahkan.
Contoh Tembang Gambuh #15
Ayo padha sinau
Amrih bisa gawe seneng kalbu
Tegese bisa gawe urip tentre sakyekti
Yen bodho aja di ingu
Tembene bakal sengsoro.
Artinya:
Ayo kita belajar
Agar mendapatkan kesenangan
Artinya dapat membuat hidup tentram
Jika bodoh jangan dipelihara
Nanti akan sengsara.
Contoh Tembang Gambuh #16
Ayo warga podo mersudi
Rukun gawe santosa satuhu
Ayo gotong royong aja gawe serik
Teguh raya bersatu
Mbangun jiwa nuswantara.
Artinya:
Ayo warga kita harus berusaha
Rukun membuat sentosa seluruhnya
Ayo bergotong royong jangan membuat onar
Teguh agar bersatu
Membangun jiwa nusantara.
Contoh Tembang Gambuh #17
Aja ninggal agami
Iku dasar utama satuhu
Uga penting tatakrama yekti
Ngadohke ing payendu
Laku becik kang utama.
Artinya:
Jangan meninggalkan agama
Itu adalah dasar utama
Dan juga tata krama penting
Menjauhkan dari perbuatan buruk
Berbuat baik adalah yang utama.
Contoh Tembang Gambuh #18
Sekar gambuh ping catur
Kang cinatur polah kang kalantur
Tanpa tutur katula-tula katali
Kadaluwarsa kapatu
Kapatuh pan dadi awon.
Artinya:
Ini sekar gambuh keempat
Berbicara mengenai tingkah laku melewati batas.
Jika tanpa nasehat maka semakin tak terkendali.
Akhirnya terlanjur menjadi kebiasaan.
Kebiasaan yang mengakibatkan keburukan.
Akhir Kata
Watak dari tembang gambuh yang tegas, bijaksana, dan keras ini membuat tembang ini dibuat untuk memberikan nasihat kepada seseorang terutama para generasi remaja.
Demikian penjelasan kami terkait dengan penjelasan tembang, semoga berguna dan menambah wawasan kita semua terkait dengan budaya yang ada di Indonesia.